Bisnis
Kamis, 18 September 2025 15:11 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Kadang kita punya waktu luang yang terbuang percuma. Bisa juga kamu sudah mencoba memanfaatkannya, tetapi belum tentu dengan cara yang paling efektif, apalagi untuk menghasilkan uang tambahan. Padahal, punya pemasukan ekstra jelas selalu menguntungkan.
Membangun usaha sampingan di sela pekerjaan utama atau proyek freelance bisa jadi pilihan tepat untuk menyalurkan ambisi sekaligus menambah penghasilan.
Namun, tentu hal ini bukan perkara mudah. Menjalankan lebih dari satu aktivitas bisnis sekaligus menuntut perencanaan yang matang, pengelolaan waktu yang cermat, serta komitmen yang tinggi.
Namun, ada beberapa strategi yang bisa membantumu memulai perjalanan usaha sampingan dengan sukses, tanpa membuat stres berlebihan dan tanpa mengorbankan pekerjaan utama.
Dilansir dari UKM Indonesia dan Bee Wiseapp, berikut tipe memulai usaha sampingan yana ganggu pekerjaan utama:
Meski tidak selalu mungkin untuk bekerja di bidang yang benar-benar kamu sukai, tidak ada salahnya mencoba. Memilih usaha yang sesuai dengan minat, hobi, dan keterampilan bisa saja berkembang menjadi bisnis yang menjanjikan, meski ada kemungkinan juga kurang berhasil.
Namun, mengubah pengetahuan serta kemampuan yang sudah kamu miliki menjadi usaha sampingan akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan memulai dari nol.
Sebagai contoh, jika kamu menyukai berkebun, kamu bisa membuat blog seputar berkebun, menulis buku tentang tanaman, atau bereksperimen menciptakan varietas baru dengan menyilangkan tanaman dan menjual bibitnya.
Dengan memanfaatkan keahlian yang sudah ada, kamu akan memiliki peluang lebih besar untuk mencapai kesuksesan jangka panjang.
Sebelum melompat pada ide baru dan menjadikannya usaha sampingan, penting untuk melakukan validasi terlebih dahulu.
Lakukan riset pasar untuk memahami siapa target audiensmu, apa yang mereka butuhkan, bagaimana kondisi persaingan, seberapa besar permintaan, serta modal dan sumber daya yang perlu kamu siapkan, baik membeli maupun menyewa, untuk menawarkan produk atau layanan tersebut.
Mencari celah di pasar mungkin memang memakan waktu lebih lama dibanding langsung terjun, tetapi hasilnya lebih menjanjikan. Mintalah masukan dari teman, keluarga, atau calon pelanggan.
Dengan begitu, kamu bisa menyempurnakan ide, memaksimalkan potensi, dan terhindar dari jebakan umum seperti investasi emosional atau pembelian impulsif.
Banyak orang berpikir mereka harus menciptakan The Next Big Thing, padahal itu biasanya butuh tim, modal besar, serta waktu panjang, dan tetap saja risikonya bisa gagal.
Kalau kamu tipe orang yang tidak suka ambil risiko besar, pastinya ingin usaha yang aman dan bisa jadi jalan keluar dari pekerjaan utama.
Lalu, apa cara yang bisa membuatmu membangun bisnis dengan cepat dan tetap menguntungkan? Jawabannya adalah dengan “mengemas” keahlian yang sudah kamu miliki menjadi layanan online, seperti coaching, konsultasi, atau freelance.
Ini bisa dilakukan hampir semua orang. Kamu punya banyak keterampilan yang bisa dimonetisasi, baik dari pengalaman kerja, bakat alami, maupun hal-hal yang pernah kamu pelajari.
Kuncinya adalah menemukan ceruk pasar (niche) yang menguntungkan, artinya, kamu perlu menyelesaikan masalah yang orang lain rela membayar solusinya.
Memulai dengan audiens kecil justru menguntungkan, kamu bisa membangun hubungan lebih dekat dengan klien, memberikan layanan berkualitas, dan sekaligus belajar dari masukan mereka.
Pendekatan pelan memberi kesempatan untuk menguji air sebelum terjun penuh, sehingga kerugian bisa diminimalkan dan kamu bisa menentukan apakah ide tersebut layak mendapat lebih banyak waktu dan sumber daya.
Dengan memulai usaha dari skala kecil, kamu bisa lebih leluasa mengatur modal, waktu, dan energi. Risiko kerugian pun jadi lebih rendah. Jika produk belum banyak diminati, kamu masih punya kesempatan untuk mencoba strategi lain tanpa merasa terlalu terbebani.
Ini bukan seberapa besar usahamu, melainkan bagaimana kamu menjalaninya dengan konsisten dan penuh komitmen.
Apapun bidang usaha yang kamu pilih, mempromosikan dirimu di platform online menjadi hal yang sangat penting untuk meraih kesuksesan. Di era digital seperti sekarang, hampir mustahil berkembang tanpa kehadiran online.
Membangun eksistensi melalui media sosial dan platform digital adalah kunci bagi bisnis kecil. Twitter, TikTok Instagram, hingga Facebook Marketplace bisa menjadi titik awal yang baik untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.
Berinteraksi dengan komunitas dan jaringan yang relevan memang membutuhkan waktu dan kemampuan sosial, tetapi usaha dan energi yang kamu investasikan untuk mendapatkan eksposur akan memberikan hasil yang sepadan.
Banyak pelaku usaha pemula masih mencampur antara keuangan pribadi dan usaha. Hasil penjualan kadang digunakan untuk kebutuhan pribadi, atau sebaliknya, uang rumah tangga dipakai menutupi kekurangan modal usaha.
Agar usaha sampingan tetap sehat, pisahkan keuangan sejak awal. Gunakan rekening khusus untuk mencatat semua transaksi, mulai dari modal awal, pengeluaran harian, pemasukan dari pelanggan, hingga sisa keuntungan yang bisa ditabung.
Dengan pencatatan yang rapi, kamu bisa mengetahui apakah usahamu untung atau rugi. Hal ini penting supaya keputusan diambil berdasarkan data, bukan hanya perasaan.
Selain itu, pemisahan keuangan membuatmu lebih profesional dan siap jika suatu saat ingin mengembangkan usaha atau bekerja sama dengan pihak lain.
Ingat, pekerjaan utama tetap menjadi prioritas. Usaha sampingan tidak boleh mengorbankan performa di kantor atau kesehatan fisik dan mentalmu.
Penting untuk mengenali batas tubuh dan tidak memaksakan diri begadang setiap hari demi mengejar penjualan. Manfaatkan waktu dengan bijak dan pastikan ada cukup waktu untuk istirahat.
Selain itu, jaga komunikasi dengan keluarga. Usaha tambahan sebaiknya tidak membuat hubungan dengan orang rumah menjadi renggang.
Justru, melibatkan mereka bisa menjadi cara baik untuk saling mendukung dan menjaga motivasi. Menjaga keseimbangan hidup adalah kunci agar kamu tetap bertenaga dan konsisten.
Usaha tidak akan berjalan optimal tanpa evaluasi. Setiap satu hingga dua bulan, luangkan waktu untuk meninjau hal-hal yang sudah berjalan dengan baik dan aspek yang perlu diperbaiki.
Catat jumlah penjualan, pendapatan bersih, serta waktu yang telah digunakan. Bandingkan hasilnya dengan target, dan perhatikan apakah ada kemajuan atau justru stagnan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 13 Sep 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 18 Sep 2025
Bagikan
Bisnis
15 jam yang lalu
UMKM
19 jam yang lalu