Etika
Jumat, 16 Februari 2024 21:59 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri, bekerja sampai lembur tidak hanya dapat menghasilkan poin plus di mata atasan Anda, tapi juga akan memberi Anda kenaikan gaji.
Namun, ada baiknya Anda memahami bahwa hal ini juga bisa membuat Anda terkena serangan jantung dan depresi. Seperti yang dilansir dari Shape, penelitian baru membuktikan bahwa kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bekerja dan tidak cukup untuk menjaga keseimbangan.
Pada umumnya, kita bekerja paling tidak mulai dari jam 9 sampai 6 sore. Namun, tidak dapat dipungkiri jika pekerjaan tersebut bisa dilanjutkan sampai jam 8 malam.
Tidak hanya itu, waktu bekerja tersebut tidak selalu dihabiskan di atas meja atau di depan laptop saja. Bisa jadi, kita tetap bekerja meski hanya menggunakan ponsel, seperti ditelepon oleh atasan atau klien. Berkat kemajuan teknologi, tampaknya kita selalu terhubung dengan kantor atau pekerjaan, terlepas dari apakah kita sebenarnya berada di kantor atau tidak.
Hal itu mungkin awalnya terasa luar biasa, di mana Anda bisa menjawab email pekerjaan yang mendesak dari atas. tempat tidur. Akan tetapi, keharusan tersebut justru membuat kita tidak nyaman dan itu artinya pekerjaan telah menyita waktu kita sepanjang hari.
Bahkan, tampaknya sekarang tidak ada lagi yang namanya ‘clocking out’ untuk rehat atau terputus dari persoalan pekerjaan untuk sementara. Hal itu juga dianggap normal, dan sebagian dari kita hanya mengangkat tangan dan berkata, “Memang begitulah adanya”.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di The Lancet menemukan bahwa orang-orang yang memiliki prestasi tinggi, yaitu bekerja 55 jam seminggu atau lebih, berkemungkinan 33 persen lebih besar terkena stroke dan 13 persen lebih besar kemungkinannya terkena penyakit jantung koroner.
Akan tetapi, stres bahkan juga ikut merugikan mereka yang hanya bekerja 41 jam seminggu, serta meningkatkan risiko sebesar 10 persen. Para peneliti ikut berspekulasi bahwa peningkatan ketegangan ini dapat mengarah pada perilaku berisiko lainnya seperti minum terlalu banyak dan dapat mengganggu kebiasaan sehat seperti menghabiskan waktu berolahraga di gym.
Selain itu, lembur juga berdampak buruk pada otak. Seperti studi yang diterbitkan dalam Journal of Occupational Health Psychology, peneliti Jerman menemukan bahwa karyawan yang diminta untuk siap bekerja di luar jam kerja justru akan lebih stres dan memiliki tingkat kortisol yang lebih tinggi.
Bagian paling buruk adalah semua jam kerja tambahan tersebut tidak selalu berarti menyelesaikan lebih banyak pekerjaan, Menurut studi Stanford tahun 2014, semakin banyak jam kerja Anda melebihi 40 jam seminggu, sebetulnya Anda semakin kurang produktif.
Para pejabat di Gothenburg, Swedia telah mempertimbangkan hal ini dan menerapkan enam jam kerja per hari setelah eksperimen sebelumnya menunjukkan bahwa pekerja jangka pendek di Swedia jadi lebih sehat dan produktif. Tentunya hal ini sangat berdampak bagi negara, di mana uang negara akan lebih hemat dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, ada baiknya jika Anda mulai sekarang menerapkan work life balance atau keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan agar tubuh tetap sehat, sambil menjaga kinerja tetap efektif.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Justina Nur Landhiani pada 16 Feb 2024
Bagikan
Korea Selatan
10 hari yang lalu