Indonesia
Jumat, 15 Oktober 2021 10:08 WIB
Penulis:Admins
Editor:Admins
jabarjuara.co, Jakarta - Ekspor minyak dan gas (migas) diproyeksi menjadi penopang utama neraca perdagangan Indonesia pada September 2021. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut surplus neraca perdagangan diproyeksi tembus US$3,7 miliar atau setara Rp52,08 triliun (asumsi kurs Rp14.077 per dolar Amerika Serikat).
“Proyeksi kenaikan surplus perdagangan RI karena kenaikan harga komoditas ekspor yang menjadi andalan Indonesia,” ucap Ariston kepada TrenAsia.com, Jumat, 15 Oktober 2021.
Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada Jumat, 15 Oktober 2021 09.09 WIB mengalami penguatan tipis 0,37% ke US$81,61 per barel. Ariston menilai harga minyak mentah dan batu bara yang tinggi dapat menjadi katalis untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2021.
Seperti diketahui, booming harga komoditas menjadi pemicu utama surplus neraca perdagangan pada Agustus 2021. Ekspor migas pada Agustus 2021 tercatat melejit hingga 77% year on year (yoy) menjadi US$41,07 miliar.
Secara sektoral, ekspor hasil tambang merupakan yang terbesar di mana membukukan US$3,64 miliar, atau tumbuh 27,23% secara month to month (mtm) dan 162,89% yoy.
Nilai ekspor migas tersebut tercatat dua kali lipat dibandingkan ekspor non-migas yang hanya US$20,36 miliar. Pertumbuhannya pun lebih lambat, yakni 63% yoy.
Di sisi lain, impor Indonesia tercatat sebesar$16,68 miliar atau membaik 10,35% mtm atau naik 55,26% yoy. Impor migas Agustus 2021 senilai US$2,05 miliar, naik 14,74% mtm. Sementara, impor non migas senilai US$14,63 miliar, naik 9,76% mtm atau naik 49,39% yoy.
Maka, Indonesia berhasil mencatat surplus perdagangan sebesar US$4,74 miliar setara Rp67,5 triliun. Capaian surplus ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2006.
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Muhamad Arfan Septiawan pada 15 Okt 2021
Bagikan
PLTU
9 hari yang lalu