Investor
Senin, 24 November 2025 12:11 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah

JAKARTA - Di tengah ketidakpastian ekonomi global serta meningkatnya kebutuhan finansial saat memasuki usia lanjut, pola investasi dana pensiun masyarakat Asia kini mengalami perubahan besar.
Laporan Manulife Financial Resilience and Longevity 2025 yang dirilis pada Selasa, 18 November 2025, menunjukkan adanya pergeseran dari investasi properti menuju instrumen yang lebih mudah dicairkan.
Sementara itu, ketergantungan masyarakat pada dana tunai masih cukup tinggi, meski pilihan tersebut dinilai rentan tergerus inflasi.
Melihat perkembangan tersebut, sejumlah strategi investasi kini dianggap lebih relevan untuk membantu calon pensiunan di Asia menjaga keamanan finansial jangka panjang. Berikut beberapa rekomendasi yang dinilai penting untuk dipertimbangkan.
Berdasarkan Laporan Manulife Financial Resilience and Longevity 2025 mendapati, sekitar saparuh simpanan untuk pensiun ditempatkan di instrumen kas.
Instrumen kas masih menjadi pilihan utama calon pensiunan di Asia, termasuk Indonesia, karena dianggap paling aman dan mudah diakses. Namun, tren ekonomi menunjukkan bahwa ketergantungan berlebihan pada kas justru berisiko terhadap inflasi yang terus menekan daya beli masyarakat.
Dengan return yang relatif rendah, kas dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang di masa pensiun. Karena itu, kas sebaiknya tetap dipertahankan sebagai likuiditas jangka pendek dalam porsi terbatas, sekitar 10-20 persen dari total portofolio pensiun, sementara sisanya dialokasikan ke instrumen berimbal hasil lebih tinggi.
Pandangan bahwa properti adalah instrumen investasi paling aman kini mulai berubah di sejumlah negara Asia. Laporan Manulife menunjukkan persepsi terhadap properti mengalami penurunan karena kenaikan nilainya tidak selalu sejalan dengan ekspektasi investor.
Selain itu, membeli properti membutuhkan modal yang besar sehingga membatasi ruang untuk berinvestasi di instrumen lain. Banyak responden, terutama di Filipina dan Hong Kong, menilai bahwa kepemilikan properti dapat mengurangi kemampuan mereka menabung untuk masa depan.
Untuk itu, investor dianjurkan mempertimbangkan instrumen alternatif seperti REITs yang lebih likuid dan tetap memberikan eksposur terhadap sektor properti.
Baca juga : Bunga Lebih Ringan! Cek Syarat Pengajuan KUR 2026 Buat Usaha Rintisan
Instrumen berpendapatan tetap semakin diminati calon pensiunan di Asia karena menawarkan stabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Data manulife menunjukkan bahwa 62 hingga 73 persen responden bersedia menempatkan dana pensiun pada obligasi atau instrumen pendapatan tetap lainnya.
Instrumen ini dinilai mampu memberikan perlindungan terhadap inflasi sekaligus menyediakan arus kas rutin. Karena itu, obligasi pemerintah, obligasi korporasi berkualitas, atau reksa dana pendapatan tetap menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan sebagai penyeimbang risiko dalam portofolio pensiun.
Untuk mengimbangi risiko inflasi dan memastikan pertumbuhan modal jangka panjang, porsi investasi pada saham tetap menjadi elemen penting dalam strategi dana pensiun.
Meski volatilitas pasar saham kerap menjadi kekhawatiran, instrumen ini terbukti menghasilkan pertumbuhan paling tinggi dalam jangka panjang.
Karena itu, investor dianjurkan menyisihkan 20-40 persen portofolio pada saham bluechip, indeks ETF, atau reksa dana saham, khususnya yang bergerak di sektor konsumer, keuangan, teknologi, kesehatan, dan energi hijau yang terus berkembang di Asia.
Negara seperti Malaysia dan Hong Kong menunjukkan kecenderungan lebih besar dalam memprioritaskan dana pensiun dibandingkan properti sebagai persiapan hari tua.
Dana pensiun dinilai mampu memberikan diversifikasi otomatis dan dikelola oleh manajer investasi profesional, sehingga risiko lebih terkontrol.
Di Indonesia, opsi seperti DPLK atau produk unitlink khusus pensiun dapat menjadi fondasi penting bagi perlindungan keuangan masa depan. Instrumen ini juga cocok bagi investor yang ingin pendekatan lebih terstruktur dalam mengelola aset jangka panjang.
Tren di Asia menegaskan bahwa ketergantungan pada satu atau dua jenis instrumen saja berpotensi membahayakan keamanan keuangan di masa pensiun.
Diversifikasi investasi menjadi strategi utama untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan aset. Model alokasi modern yang melibatkan instrumen pendapatan tetap, saham, kas, dan instrumen alternatif seperti REITs atau emas dapat membantu menyebar risiko sekaligus memberikan hasil optimal sesuai profil masing-masing investor.
Fluktuasi ekonomi global membuat timing pasar menjadi semakin sulit diprediksi. Untuk mengurangi risiko masuk di harga yang terlalu tinggi, investor dianjurkan menggunakan strategi pembelian bertahap atau dollar cost averaging.
Dengan berinvestasi secara rutin setiap bulan pada reksa dana, ETF, atau obligasi, investor dapat memperoleh harga rata-rata yang lebih stabil. Strategi ini juga membantu membangun disiplin investasi jangka panjang, yang merupakan salah satu kunci sukses dalam mempersiapkan dana pensiun yang optimal.
Baca juga : Menilik Ekonomi Curacao, Negara Mini yang Lolos Piala Dunia 2026
Sekitar setengah dana pensiun di Asia ditempatkan pada instrumen kas. Alokasi kas untuk pensiun:
Tingkat responden yang menganggap kas/deposito sebagai instrumen terpenting:
Pandangan properti sebagai instrumen penting menurun:
Persentase responden yang menganggap dana pensiun sebagai instrumen penting:
Hong Kong & Malaysia lebih memilih dana pensiun daripada properti. Indonesia & Filipina lebih memilih properti sebagai investasi hari tua.
Responden yang bersedia menempatkan dana pensiun pada instrumen berpendapatan:
Responden yang menilai kepemilikan properti mengurangi ruang untuk menabung:
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 23 Nov 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 24 Nov 2025
Bagikan
Investasi
8 hari yang lalu
Makanan
8 hari yang lalu