Jay Z
Rabu, 21 Mei 2025 21:13 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Investasi sering dianggap sebagai salah satu cara untuk meraih kebebasan finansial. Akan tetapi, tanpa disadari, banyak orang terjebak dalam pola pikir dan emosi yang keliru yang akhirnya merugikan investor tersebut.
Oleh karena itu, Anda perlu mencegah munculnya ‘dosa’ dalam investasi agar tidak menanggung kerugian yang banyak.
Seberapa sering Anda menginginkan investasi yang bisa melipatgandakan uang Anda dua atau empat kali lipat? Dunia investasi tampaknya selalu penuh dengan tren dan istilah-istilah keren yang bisa membuat siapa pun merasa takut ketinggalan “peluang besar berikutnya”.
Rasa FOMO (takut ketinggalan) ini bisa memunculkan nafsu dan keputusan impulsif. Akibatnya, Anda mungkin mengambil risiko yang sebenarnya tidak Anda siap tanggung.
Keserakahan adalah emosi kuat yang sering menggerakkan pasar, dan biasanya berjalan beriringan dengan rasa takut. Keserakahan bisa menyebabkan keputusan investasi yang buruk.
Banyak orang merasa lebih aman menyimpan uang di bank daripada menginvestasikannya. Namun, rendahnya bunga bank dan meningkatnya kesadaran akan potensi keuntungan dari pasar saham bisa memicu keserakahan untuk mulai investasi tanpa memahami risikonya.
Padahal, memindahkan seluruh tabungan ke investasi hanya karena ingin untung besar, tanpa memperhitungkan risikonya, adalah bentuk keserakahan.
Pernahkah Anda merasa menyesal atau iri setelah mengobrol dengan teman karena dia sukses investasi di saham tertentu yang sekarang nilainya sudah naik tiga kali lipat?
Perasaan iri ini sering muncul karena kita terbiasa menilai investasi dari hasil masa lalu, dengan harapan hasilnya akan sama di masa depan. Banyak penawaran eksklusif dari manajer keuangan yang memanfaatkan rasa iri ini untuk menarik perhatian. Padahal, tawaran-tawaran ini biasanya dirancang untuk membuat kita merasa istimewa.
Seperti yang Anda ketahui, ada nasihat klasik investasi: “Beli saat harga rendah, jual saat harga tinggi.” Akan tetapi pada kenyataannya, banyak investor justru melakukan sebaliknya karena terbawa emosi.
Mereka cenderung membeli saat pasar sedang tinggi dan melewatkan kesempatan saat harga turun. Saat berinvestasi, penting untuk merencanakan jangka waktu: kurang dari 3 tahun, hindari saham; untuk jangka menengah (5–6 tahun), saham bisa menguntungkan; dan untuk jangka panjang (7 tahun ke atas), saham bisa sangat potensial.
Sifat agresivitas dalam investasi tidak selalu membawa hasil baik. Meskipun pepatah “semakin besar risiko, semakin besar hasil” sering terdengar, itu tidak berlaku untuk semua orang.
Walau Anda mengetahui suatu investasi memiliki potensi keuntungannya besar, kerugiannya pun lebih sering jadi kenyataan. Sikap agresif yang berlebihan sering kali menandakan kurangnya pemahaman soal investasi.
Dalam perjalanan seorang investor, sering kali muncul rasa malas atau terlalu percaya diri. Mereka mulai melupakan prinsip dasar dan merasa seolah-olah investasi selalu untung karena “keberuntungan mereka”.
Ini sering terjadi saat pasar saham sedang naik pesat (bull market), di mana hampir semua saham naik tanpa memandang kualitas atau strategi bisnisnya.
Terlalu percaya diri karena beberapa investasi sebelumnya sukses bisa membuat seseorang sombong. Mereka mulai merasa lebih hebat dari orang lain dalam berinvestasi, padahal mungkin keberhasilan itu hanya faktor keberuntungan atau kondisi pasar yang mendukung.
Itu tadi beberapa kesalahan atau dosa yang sering dilakukan investor yang harus Anda hindari.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 21 Mei 2025
Bagikan
Jay Z
3 hari yang lalu
Investor
24 hari yang lalu