Pupuk Indonesia
Kamis, 22 Mei 2025 19:02 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
TANGERANG - PT Pupuk Indonesia (Persero) menyoroti bahwa sinergi yang kuat antara sektor energi dan industri pupuk merupakan elemen krusial dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional, yang sejalan dengan visi Asta Cita pemerintah.
“Kami ingin menekankan bahwa kolaborasi antara industri pupuk dan sektor energi sangatlah erat. Sektor energi memiliki peranan penting dalam kesuksesan Indonesia menuju swasembada pangan,” kata Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi dalam acara Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025, di Tangerang, Rabu, 21 Mei 2025.
Sebagai wujud komitmen memperkuat sinergi tersebut, Pupuk Indonesia menandatangani dua dokumen kesepakatan awal untuk menjajaki potensi kerja sama pemanfaatan gas alam dari dua proyek migas, yakni Wilayah Kerja Masela dan Wilayah Kerja South Andaman. Penandatanganan dua dokumen itu dilakukan dalam rangkaian acara Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025 yang berlangsung di Tangerang, 20–21 Mei 2025. Kesepakatan pertama yang berhasil dibuat Pupuk Indonesia adalah penandatanganan Head of Agreement (HoA) dengan JV INPEX Masela Ltd - PT Pertamina Hulu Energi Masela dan PETRONAS Masela Sdn. Bhd.
Penandatanganan HoA antara Pupuk Indonesia dengan konsorsium pengelola blok Masela tersebut akan menjadi langkah awal kerja sama pemanfaatan gas dari Lapangan Abadi Wilayah Kerja Masela.
Pupuk Indonesia berencana memanfaatkan pasokan gas dari Lapangan Abadi Wilayah Kerja Masela bagi pabrik blue ammonia yang akan dibangun di Pulau Yamdena, Maluku. Pabrik yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2030 itu diperkirakan membutuhkan pasokan gas jangka panjang sebanyak 150 Juta Kaki Kubik Standar per Hari (MMSCFD).
Pembangunan pabrik blue amonia di Pulau Yamdena ini tidak hanya merepresentasikan kontribusi Pupuk Indonesia dalam mendukung visi Asta Cita pemerintah di bidang hilirisasi dan industrialisasi, tetapi juga menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Dengan memanfaatkan cadangan gas raksasa di Lapangan Abadi Masela, proyek ini diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, serta mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selain penandatanganan HoA, Pupuk Indonesia dan Mubadala Energy juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk menjajaki potensi kerja sama pemanfaatan gas dari Wilayah Kerja South Andaman. Melalui penandatanganan ini, kedua belah pihak akan menjajaki potensi pemanfaatan gas bumi dari Wilayah Kerja South Andaman.
Penjajakan potensi kerja sama pengadaan gas dari Wilayah Kerja South Andaman ini berkaitan dengan rencana Pupuk Indonesia membangun fasilitas produksi metanol dan blue ammonia. Sebagaimana diketahui, Pupuk Indonesia berencana membangun pabrik metanol dan mengembangkan blue ammonia di kawasan Nangroe Aceh Darussalam yang lokasinya berdekatan dengan Wilayah Kerja South Andaman.
Fasilitas pabrik metanol diperkirakan akan membutuhkan pasokan gas sebanyak 115 Juta Kaki Kubik Standar per Hari (MMSCFD). Sementara untuk pabrik blue ammonia diperkirakan membutuhkan pasokan gas sebesar 85 MMSCFD. Melalui MoU dengan Mubadala Energy, Pupuk Indonesia tengah menjajaki kemungkinan memenuhi kebutuhan pasokan gas untuk dua fasilitas tersebut dari ladang gas Wilayah Kerja South Andaman.
Proyek pabrik metanol dan blue ammonia juga berperan penting memperkuat hilirisasi dan transisi energi rendah karbon. Hal ini karena metanol dan blue amonia merupakan komoditas energi bersih yang semakin dibutuhkan dalam ekosistem energi masa depan.
Pentingnya Kolaborasi Sektor Energi dan Industri Pupuk
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menekankan pentingnya kolaborasi erat antara sektor energi dan industri pupuk dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang menjadi bagian dari visi Asta Cita pemerintah. Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan keterkaitan industri pupuk dengan sektor energi, khususnya minyak dan gas (migas) sangat tinggi karena gas alam merupakan bahan baku utama dalam proses produksi pupuk.
“Sektor energi memegang peranan besar dalam keberhasilan atau kegagalan ketahanan pangan
Indonesia. Keberadaan pupuk berkontribusi 62% pada produktivitas pertanian nasional dan 75% bahan baku pupuk berasal dari sektor migas,” kata Rahmad dalam acara IPA Convex 2025 di Tangerang, Rabu, 21 Mei 2025.
Rahmad mengatakan dengan demikian industri pupuk pada dasarnya adalah bentuk hilirisasi dari gas alam yang amat penting untuk pertanian. Oleh karena itu, kata dia, penguatan sinergi antara industri energi dan pupuk harus terus dilanjutkan untuk menjaga ketahanan pangan.
“Industri pertama yang dibangun oleh pemerintah Indonesia adalah industri pupuk yang pada dasarnya merupakan bentuk hilirisasi gas alam. Karena itu, kami memiliki rekam jejak yang panjang dalam hal hilirisasi dan harus terus melanjutkannya agar dapat memperkuat posisi Indonesia dalam ketahanan pangan,” kata dia.
Pupuk Indonesia Pemain Utama Hilirisasi Gas Alam
Rahmad menambahkan Pupuk Indonesia akan terus mengembangkan upaya hilirisasi gas alam untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Saat ini, kata dia, perusahaan telah menjadi pemain utama dalam hilirisasi gas menjadi produk amonia dan turunannya. Ke depan, Pupuk Indonesia juga akan memperluas portofolio hilirisasi ke produk berbasis metanol.
Tidak hanya dari sisi produk, Rahmad mengatakan Pupuk Indonesia juga akan mentransformasi strategi penyediaan pasokan gas. Selama ini, Pupuk Indonesia membangun pabrik pupuk di dekat sumber gas guna menjamin kelangsungan pasokan. Namun, seiring meningkatnya kebutuhan gas, perusahaan akan mulai mengadopsi pendekatan baru dengan memanfaatkan gas alam cair (LNG) yang lebih fleksibel.
“Ke depan kami akan mulai beralih ke LNG. Kami akan mulai menggunakan LNG dalam jumlah signifikan dan proporsinya akan terus meningkat,” kata Rahmad.
Tentang Pupuk Indonesia
PT Pupuk Indonesia (Persero) merupakan produsen pupuk Urea terbesar di Asia, Timur Tengah, dan Afrika Utara dengan total kapasitas produksi pabrik pupuk mencapai 14,6 juta ton per tahun. Dalam mengemban tugas mendukung ketahanan pangan nasional, PT Pupuk Indonesia (Persero) dan 9 (sembilan) anak perusahaannya memiliki sejumlah produk pupuk yang terdiri dari pupuk Urea, NPK, ZA, Organik, dan SP36 yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Memiliki fasilitas pendukung antara lain berupa pelabuhan dan sarananya, kapal angkutan, distribution center, pergudangan, serta unit pengantongan pupuk yang memperlancar proses produksi dan distribusi pupuk. Kegiatan operasional Pupuk Indonesia Group bergerak di bidang industri pupuk, petrokimia dan agrokimia, steam (uap panas) dan listrik, pengangkutan dan distribusi, perdagangan serta EPC (Engineering, Procurement and Construction).
Sembilan anak perusahaan dimaksud sebagai berikut: PT Petrokimia Gresik (PKG), PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PSP), PT Pupuk Indonesia Niaga (PIN), PT Pupuk Indonesia Logistik (Pilog), PT Pupuk Indonesia Pangan (PIP), dan PT Rekayasa Industri (Rekind).
Bagikan
Kesenian
13 hari yang lalu
forum internasional
23 hari yang lalu