Penggunaan ChatGPT pada Anak, Bolehkah? Pakar Paparkan Dampak yang Sering Tak Disadari

Selasa, 18 November 2025 13:05 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

Bolehkah Gunakan ChatGPT untuk Anak? Pakar Ungkap Risiko Tersembunyi
Bolehkah Gunakan ChatGPT untuk Anak? Pakar Ungkap Risiko Tersembunyi

JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri, ChatGPT sekarang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan sehari-hari. Bahkan, penggunaan ChatGPT semakin populer di kalangan anak-anak dan remaja sebagai teman belajar yang dianggap praktis dan menyenangkan. 

Teknologi kecerdasan buatan (AI) ini memang dikenal andal mampu membantu menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas, hingga memicu rasa ingin tahu. Namun, di balik manfaatnya, penggunaan ChatGPT pada usia dini tetap perlu diawasi karena berpotensi menurunkan kemampuan berpikir kritis, memicu ketergantungan, dan membuka akses pada informasi yang belum tentu sesuai usia.

Peringatan ini disampaikan Prof Yeni Herdiyeni, Guru Besar Sekolah Sains Data, Matematika, dan Informatika IPB University dalam program IPB Pedia yang tayang di YouTube IPB TV. Prof Yeni, yang juga Ketua Program Studi Kecerdasan Buatan IPB University, menekankan bahwa pemanfaatan ChatGPT di kalangan anak-anak harus dilakukan secara hati-hati.

“Teknologi ini memiliki dua sisi. Ada sisi positif dan negatifnya. Dari sisi positif, ChatGPT mempermudah kita mengeksplorasi pengetahuan. Namun, jika digunakan secara instan tanpa berpikir, otak anak tidak akan terlatih,” jelas Prof Yeni, dikutip dari laman IPB, Minggu 16 November 2025.

Meski mampu memberikan informasi secara cepat dan praktis, penggunaan berlebihan dapat melemahkan kemampuan kognitif anak. “Kalau kita mencari sesuatu langsung pakai ChatGPT, informasi memang keluar dengan cepat, tapi setelah itu bisa lupa. Otak tidak terlatih untuk mengingat dan menganalisis,” ujarnya.

Menurutnya, teknologi ini lebih aman digunakan oleh orang dewasa yang sudah mampu memverifikasi kebenaran informasi. “Kalau usia dini, seperti anak SD, sebaiknya penggunaan ChatGPT harus dalam pengawasan.”

“Anak-anak masih butuh pengembangan motorik dan kognitif. Kalau kemampuan itu tergantikan oleh ChatGPT, otak mereka tidak berkembang optimal,” tegasnya.

Dari aspek teknis, Prof Yeni menjelaskan bahwa ChatGPT dikembangkan dengan prinsip meniru cara kerja otak manusia melalui teknologi transformer dan algoritma long short term memory (LSTM). Meski demikian, masih ada potensi bias dan halusinasi data. “Karena itu, masyarakat harus tahu bahwa tidak semua jawaban ChatGPT benar,” tambahnya.

Terkait pengenalan AI sejak dini, Prof Yeni menilai pemerintah perlu memberi fokus pada penguatan computational thinking atau cara berpikir komputasional, bukan sekadar kemampuan coding. “Computational thinking itu melatih kemampuan otak manusia untuk memecahkan masalah, berpikir logis, dan mengenali pola. Sedangkan coding hanyalah implementasi dari kemampuan itu,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan agar orang tua dan guru tidak menyerahkan proses belajar sepenuhnya kepada ChatGPT. “Kalau ada tugas sekolah, sebaiknya tetap ajari anak berpikir dan mencari jawaban sendiri. ChatGPT bisa dipakai untuk membantu, tapi bukan untuk menggantikan proses belajar,” katanya.

Prof Yeni menegaskan pentingnya pendekatan human-centered dalam penggunaan AI, di mana manusia harus tetap menjadi pusat dalam proses pengembangan dan pemanfaatan teknologi. “Teknologi seperti ChatGPT bisa jadi sumber belajar yang luar biasa bila digunakan dengan bijak. Tapi tanpa bimbingan, bisa berubah menjadi jebakan digital,” ujarnya.

Pada akhirnya, penggunaan teknologi secara bijak berperan dalam membentuk generasi yang cerdas, kritis, dan beretika di era digital. “Peran orang tua dan pendidik sangat penting untuk mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penggunaan ChatGPT oleh anak-anak. Dengan pendampingan yang tepat, teknologi ini bisa menjadi sahabat belajar yang aman dan bermanfaat,” tutupnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Ananda Astri Dianka pada 16 Nov 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 18 Nov 2025