Brasil
Senin, 18 Agustus 2025 16:24 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
CANBERRA - Pemerintah Australia resmi mengumumkan kebijakan baru di sektor pendidikan internasional dengan meningkatkan kuota mahasiswa asing sebesar 9%, dari 270.000 pada 2025 menjadi 295.000 pada 2026. Dalam aturan ini, pelamar dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, diprioritaskan untuk mendapatkan kesempatan belajar di negeri kanguru tersebut.
Dari total kuota tersebut, dua pertiga diperuntukkan bagi mahasiswa universitas, sementara sepertiga sisanya dialokasikan untuk program pelatihan kejuruan (VET). Selain itu, pemerintah menekankan pentingnya universitas dalam memastikan tersedianya hunian yang aman dan layak, baik untuk mahasiswa lokal maupun internasional.
"Meningkatkan pendidikan internasional secara berkelanjutan adalah demi kepentingan mahasiswa, universitas, dan juga kepentingan nasional," ungkap Menteri Pendidikan Australia, Jason Clare, dalam pernyataan resminya dilansir Reuters, Selasa, 5 Agustus 2025.
Khusus untuk universitas, pemerintah memberikan insentif berupa penambahan kuota bagi lembaga yang mampu merekrut lebih banyak mahasiswa dari Asia Tenggara.
Langkah ini merupakan lanjutan dari kebijakan pembatasan sebelumnya yang berhasil menekan lonjakan jumlah mahasiswa asing yang dianggap berkontribusi terhadap krisis perumahan dan inflasi harga properti di kota-kota besar Australia. Dalam tahun anggaran 2023, Australia mencatat penerbitan 600.000 visa pelajar, dengan mayoritas pemegang visa berasal dari China dan India.
Dengan kebijakan baru ini, Australia berupaya mengurangi ketergantungan pada dua negara tersebut dan memperluas jangkauan diplomasi pendidikan melalui soft power di kawasan Asia Tenggara.
"Penting bagi kekuatan lunak (soft power) Australia di masa depan agar kami terus membawa individu terbaik dari negara tetangga kami di Asia Tenggara dan membekali mereka dengan pengalaman Australia yang akan mereka kenang sepanjang hidup," tambah Wakil Menteri Pendidikan Internasional, Julian Hill.
Sejalan dengan kebijakan kuota, pemerintah juga menaikkan biaya visa pelajar secara signifikan. Setelah naik menjadi AUD 1.600 pada 2024, biaya ini kembali melonjak menjadi AUD 2.000 mulai Juli 2025. Pemerintah juga menutup sejumlah celah hukum yang sebelumnya memungkinkan perpanjangan visa secara berulang demi mencegah penyalahgunaan sistem. Pelamar juga wajib menunjukkan bukti dana hidup minimum AUD 24.505 per tahun di luar biaya kuliah, sebagai jaminan finansial selama masa studi.
Agar dapat memanfaatkan kesempatan ini secara maksimal, dibutuhkan strategi yang matang. Langkah pertama yang disarankan adalah mengajukan aplikasi sebelum akhir tahun 2025. Hal ini penting untuk menghindari kenaikan biaya visa pelajar yang mulai berlaku penuh pada 2026.
Memilih universitas yang memiliki fasilitas akomodasi yang memadai menjadi faktor penting lainnya. Pemerintah Australia kini mensyaratkan universitas, terutama yang berstatus publik, untuk menyediakan akses perumahan yang aman dan layak bagi mahasiswa lokal maupun internasional.
Mahasiswa Indonesia disarankan mempertimbangkan universitas di wilayah regional seperti Adelaide atau Canberra. Selain menawarkan biaya hidup yang lebih terjangkau dibanding kota besar seperti Sydney atau Melbourne, wilayah ini juga sering memberikan insentif tambahan, seperti durasi visa pasca-studi yang lebih panjang dan peluang kerja yang lebih luas bagi lulusan.
Banyak program beasiswa tersedia bagi pelamar dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Salah satunya adalah beasiswa LPDP, pemerintah Australia juga menawarkan beasiswa Australia Awards yang menawarkan beasiswa penuh untuk studi pascasarjana.
Selain itu, sejumlah universitas regional di Australia juga menyediakan beasiswa internal khusus untuk mahasiswa Asia Tenggara. Mahasiswa disarankan aktif mengecek situs universitas serta informasi baik yang ditawarkan didalam negeri, maupun dari Kedutaan Besar Australia untuk mengetahui peluang beasiswa terbaru. Dengan beasiswa ini, biaya studi dan hidup selama kuliah dapat ditekan secara signifikan.
Pemerintah Australia saat ini secara terbuka memprioritaskan pelamar dari negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, pelamar sangat disarankan untuk menunjukkan latar belakang, minat, atau pengalaman yang berkaitan dengan kawasan ini dalam personal statement atau dokumen aplikasi lainnya.
Misalnya, menyebutkan pengalaman berorganisasi di komunitas ASEAN, riset atau proyek sosial di wilayah Asia Tenggara, atau minat akademik terhadap isu-isu regional. Hal ini dapat menjadi nilai tambah yang menunjukkan bahwa pelamar sesuai dengan arah kebijakan migrasi dan pendidikan internasional Australia.
Memilih jurusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja Australia dapat meningkatkan peluang untuk diterima dan mendapatkan visa kerja setelah lulus. Jurusan-jurusan yang saat ini menjadi prioritas pemerintah Australia antara lain teknologi informasi dan keamanan siber, kesehatan dan keperawatan, pendidikan, agrikultur, serta energi terbarukan atau keberlanjutan lingkungan.
Jurusan-jurusan ini memiliki prospek karier global dan seringkali mendapat dukungan kebijakan khusus, termasuk dalam hal perpanjangan visa dan kesempatan kerja.
Persiapan dokumen adalah tahap krusial dalam proses aplikasi kuliah ke Australia. Mahasiswa perlu menyiapkan dokumen seperti ijazah dan transkrip nilai (dengan terjemahan resmi), sertifikat kemampuan bahasa Inggris (IELTS, TOEFL, atau PTE), surat rekomendasi, serta personal statement atau motivation letter.
Semua dokumen harus disiapkan secara jujur dan profesional. Hindari penggunaan dokumen palsu atau informasi yang dimanipulasi karena Australia memiliki sistem verifikasi yang sangat ketat. Kerapian dan kelengkapan dokumen dapat membuat proses seleksi berjalan lebih lancar.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 05 Aug 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 18 Agt 2025
Bagikan