Wabah Kusta Serang Simpanse Liar di Afrika Barat

Selasa, 17 November 2020 02:17 WIB

Penulis:donalbaba

Salah satu simpanse jantan di Taman Nasional Taï di Pantai Gading yang terserang kusta pada bagian wajahnya.
Salah satu simpanse jantan di Taman Nasional Taï di Pantai Gading yang terserang kusta pada bagian wajahnya. undefined

jabarjuara.co, Bandung-Untuk pertama kalinya, para peneliti berhasil mendokumentasikan simpanse liar yang menderita kusta, di pedalaman hutan Afrika Barat. Setidaknya ada empat simpanse dengan lesi dan cacat pada wajah, telinga, tangan, dan kaki, yang tertangkap gambar.

Mengutip laman Kompas dari IFL Science, Senin (16/11/2020), meski kusta pernah terlihat pada simpanse di penangkaran tetapi ini adalah pertama kalinya kusta didokumentasikan di populasi liar.

"Mengingat angka kasus yang rendah, kami tak bisa mengatakan bahwa penyakit ini merupakan ancaman dari sudut pandang konservasi. Tapi kami harus memantau situasinya," ungkap Dr. Fabian Leendertz, peneliti di Robert Koch Institute di Berlin.

Wabah kusta telah melanda setidaknya dua populasi liar simpanse barat (Pan troglodytes verus) di Taman Nasional Cantanhez Guinea-Bissau dan Taman Nasional Taï di Pantai Gading.

Dalam laporan yang dipublikasikan dalam makalah pra-cetak di bioRxiv, peneliti memaparkan jika simpanse tampanya menderita penyakit yang sama seperti manusia.

Namun, peneliti cukup yakin jika simpanse tidak tertular dari manusia, yang menunjukkan bahwa penyakit tersebut muncul dari sumber yang tak diketahui.

Untuk memastikannya, tim mengumpulkan sampel kotoran dan mendeteksi keberadaan bakteri penyebab kusta, Mycobacterium leprae.

Hasil analisis dari bakteri yang diperoleh dari sampel kotoran mengangkat beberapa poin menarik. Pertama, dua lokasi berbeda memiliki dua strain berbeda, yang mengindikasikan wabah muncul secara terpisah.

Kedua, genotipe strain bakteri yang bertanggung jawab atas kedua wabah tersebut sangat jarang terjadi pada manusia. Hal tersebut menunjukkan, kemungkinan wabah tidak berasal dari kontak dengan manusia.

Sampai saat ini, peneliti masih belum menemukan sumber dari penyakit tersebut. Karena umumnya, kusta menyebar melalui kontak jarak dekat yang lama dengan orang yang terinfeksi. Sementara simpanse liar ini jarang sekali melakukan kontak dengan manusia selain para peneliti yang mempelajarinya.

Selain itu juga tidak ada peneliti yang terlibat dengan simpanse yang pernah didiagnosis menderita kusta.

Mereka juga mengikuti langkah-langkah kebersihan yang ketat, seperti menjaga jarak 7 meter dan memakai masker wajah, untuk mengurangi risiko penyakit menular dari manusia ke primata.

Meski belum yakin, namun peneliti menduga sumber penyakit berasal dari hewan atau lingkungan yang tidak diketahui.

“Sayangnya, kami tidak tahu, tapi kami sedang menyelidiki hal ini sekarang. Pengambilan sampel sampel lingkungan, menangkap hewan pengerat, dan lain-lain," jelas Dr Leendertz.