seni
Jumat, 19 Januari 2024 15:04 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Teknologi AI generatif diketahui dapat mengubah layanan kesehatan melalui hal-hal seperti pengembangan obat dan diagnosis yang lebih cepat. Akan tetapi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa lebih banyak perhatian yang harus diberikan terhadap risikonya.
WHO bahkan juga telah mengkaji potensi bahaya dan manfaat yang ditimbulkan oleh large multi-modal models (LMM) AI yang relatif baru dan segera diadopsi di bidang kesehatan.
Seperti yang dilansir dari HT Tech, LMM sendiri adalah suatu jenis AI Generatif yang dapat menggunakan berbagai jenis input data termasuk teks, gambar, dan video, serta menghasilkan output yang tidak terbatas pada jenis data yang dimasukkan ke dalam algoritma.
“LMM diperkirakan akan memiliki kegunaan dan penerapan luas dalam layanan kesehatan, penelitian ilmiah, kesehatan masyarakat, dan pengembangan obat-obatan, “kata WHO.
Badan Kesehatan PBB tersebut juga menguraikan lima bidang di mana teknologi tersebut dapat diterapkan, yaitu diagnosis seperti menanggapi keluhan pasien, pertanyaan tertulis, penelitian ilmiah dan pengembangan obat, pendidikan kedokteran dan keperawatan, tugas-tugas administrasi, hingga penggunaan patient-guide seperti menyelidiki gejala.
Meski hal-hal tersebut memiliki potensi, WHO tetap memberingatkan bahwa terdapat risiko yang terdokumentasi mengenai LMM yang dapat memberikan hasil yang salah, tidak akurat, bias, bahkan tidak lengkap.
Selain itu, LMM dapat dilatih menggunakan data berkualitas buruk, atau data yang mengandung bias terkait rat, etnis, keturunan, jenis kelamin, identitas gender, atau usia.
WHO juga turut memperingatkan bahwa seiring meluasnya penggunaan LMM dalam layanan kesehatan dan pengobatan, maka kesalahan, penyalahgunaan pada individu tidak dapat dihindari.
Baru-baru ini WHO juga mengeluarkan rekomendasi mengenai etika dan tata kelola LMM untuk membantu pemerintah, perusahaan teknologi, dan penyedia layanan kesehatan untuk memanfaatkan teknologi dengan aman. WHO mengatakan aturan tanggung jawab juga diperlukan untuk memastikan bahwa pengguna yang dirugikan oleh LMM mendapatkan kompensasi yang memadai atau mendapatkan bentuk ganti rugi lainnya.
Seperti yang dilansir dari HT Tech, AI sudah digunakan dalam diagnosis dan perawatan klinis, misalnya untuk membantu dalam radiologi dan pencitraan medis.
Namun, WHO menekankan bahwa format LMM menghadirkan risiko yang mungkin belum siap ditangani oleh masyarakat, sistem kesehatan, dan pengguna akhir.
Hal ini mencakup kekhawatiran apakah LMM dapat mematuhi peraturan yang ada termasuk mengenai perlindungan data dan fakta bahwa LMM sering kali dikembangkan oleh raksasa teknologi, karena besarnya sumber daya yang dibutuhkan sehingga dapat memperkuat komitmen perusahan.
WHO juga memperingatkan bahwa LMM rentan terhadap risiko keamanan siber yang dapat membahayakan informasi pasien atau bahkan penyediaan layanan kesehatan yang dapat dipercaya.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Justina Nur Landhiani pada 19 Jan 2024
Bagikan
teknologi
2 bulan yang lalu