Memahami Perang Dagang Lewat 6 Istilah Penting Ini

Redaksi Daerah - Jumat, 11 April 2025 16:37 WIB
Mengenal 6 Istilah Penting yang Perlu Dipahami dalam Perang Dagang

JAKARTA – Istilah-istilah seperti bulls, bears, dan dead cats mulai mencuat di tengah ketegangan perang dagang yang dipicu oleh Presiden Donald Trump. Dengan mulai terasa dampaknya dari kebijakan tarif terbaru yang diterapkan pemerintah, publik yang mengikuti perkembangan berita mungkin akan menemui sejumlah istilah asing, khususnya yang berkaitan dengan dunia investasi dan pasar keuangan.

Mengutip dari AP News, berikut ini panduan untuk membantu memahami beberapa istilah yang paling sering digunakan dalam konteks tersebut.

Istilah Penting dalam Perang Dagang

1. Bear Market

Pasar bearish adalah istilah yang digunakan di Wall Street ketika suatu indeks, seperti S&P 500 atau Dow Jones Industrial Average, mengalami penurunan sebesar 20% atau lebih dari titik tertingginya baru-baru ini, dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.

Mengapa istilah “bear” atau beruang digunakan untuk menggambarkan kejatuhan pasar? Karena beruang dikenal dengan kebiasaannya berhibernasi atau menarik diri, sehingga dianggap mewakili pasar saham yang sedang mundur atau melemah. Sebaliknya, pasar yang sedang naik tajam disebut pasar bullish, karena banteng (bull) dikenal dengan gerakan menyerangnya yang agresif.

2. Dead Cat Bounce

Ketika harga saham sempat naik sebentar di tengah kondisi penurunan tajam atau ketidakpastian, fenomena ini disebut dead cat bounce. Istilah ini berasal dari anggapan bahwa bahkan kucing mati pun akan memantul jika dijatuhkan dari ketinggian yang cukup tinggi. Kenaikan pasar semacam ini biasanya bersifat sementara dan singkat, sebelum tren penurunan kembali berlanjut.

3. Capitulation

Kapitulasi merujuk pada kondisi ketika para investor menyerah untuk mendapatkan kembali kerugiannya dan akhirnya menjual aset mereka, biasanya karena rasa takut dan ketidakmampuan menahan penurunan harga yang terus berlangsung. Situasi ini umumnya terjadi saat kepercayaan pasar rendah dan ketidakpastian serta gejolak harga sangat tinggi.

Meskipun kapitulasi kadang dianggap sebagai tanda bahwa pasar telah mencapai titik terendah, hal ini biasanya baru bisa dikenali dengan jelas setelah waktu berlalu.

4. Recession

Resesi adalah periode ketika aktivitas ekonomi menurun dan tingkat pengangguran meningkat.

Secara resmi, resesi ditetapkan oleh National Bureau of Economic Research (NBER), sebuah lembaga yang terdiri dari para ekonom dan terdengar cukup asing bagi publik. Mereka mengevaluasi berbagai indikator seperti tren perekrutan tenaga kerja, tingkat pendapatan, pola belanja konsumen, penjualan ritel, hingga produksi pabrik.

Komite Penanggalan Siklus Bisnis dari lembaga ini mendefinisikan resesi sebagai “penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang meluas di berbagai sektor dan berlangsung lebih dari beberapa bulan.”

Namun, lembaga ini biasanya baru menyatakan secara resmi bahwa resesi telah terjadi setelah waktu cukup lama berlalu—bahkan bisa sampai satu tahun setelah resesi sebenarnya dimulai.

Beberapa hari sebelum tarif terbaru yang diberlakukan oleh Trump mulai berlaku, para ekonom di Goldman Sachs menaikkan perkiraan kemungkinan Amerika Serikat mengalami resesi dari 35% menjadi hingga 65%.

Namun, pada Rabu berikutnya, para analis tersebut menarik kembali prediksi tersebut setelah pemerintahan Trump mengumumkan penundaan penerapan sebagian besar tarif selama 90 hari.

5. Buy the Dip

Buying the dip adalah istilah yang merujuk pada aksi membeli saham atau masuk ke pasar tepat setelah harganya turun, dengan harapan mendapatkan harga diskon. Istilah ini populer di kalangan investor ritel. Sayangnya, sangat sulit untuk memprediksi waktu yang tepat dalam pasar—tidak ada yang benar-benar tahu di mana titik terendahnya atau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih.

6. 10-year Treasury note

Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun adalah tingkat bunga yang dibayarkan pemerintah AS untuk meminjam uang selama satu dekade. Angka ini menjadi indikator penting dalam menilai sentimen investor dan kondisi ekonomi, serta turut memengaruhi penetapan suku bunga untuk berbagai jenis pinjaman dan investasi lainnya.

Imbal hasil ini berperan dalam menentukan biaya pinjaman dan mencerminkan ekspektasi terhadap inflasi serta pertumbuhan ekonomi.

Secara historis, obligasi Treasury dianggap sebagai salah satu aset paling aman di dunia. Karena itu, ketika pasar sedang tidak pasti, investor cenderung membeli obligasi ini, yang menyebabkan imbal hasilnya turun.

Sebaliknya, ketika kepercayaan pasar tinggi dan investor lebih memilih aset yang lebih berisiko, harga obligasi Treasury 10 tahun biasanya turun dan imbal hasilnya naik.

Namun, dalam beberapa hari terakhir, investor justru menjual obligasi ini, sehingga imbal hasil acuan 10 tahun meningkat. Hal ini bisa mencerminkan berkurangnya kepercayaan terhadap obligasi Treasury itu sendiri, atau bisa juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 10 Apr 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 11 Apr 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS