Bisa Sebabkan Sakit Fisik, Ini Cara Mengatasi Sindrom Broken Heart
JAKARTA - Anda tentu sering mendengar istilah patah hati, bahkan tidak menutup kemungkinan Anda juga pernah mengalaminya. Meski begitu, ternyata gejala patah hati atau sindrom broken heart sebetulnya adalah hal yang nyata terjadi.
Sindrom broken heart dapat muncul setelah pengalaman kehilangan yang signifikan, seperti perpisahan dalam hubungan romantis, kematian orang yang dicintai, atau kegagalan dalam hubungan interpersonal. Gejalanya dapat mencakup rasa sedih yang mendalam, kehilangan motivasi, gangguan tidur, dan perubahan pada pola makan.
Mekanisme terjadinya Sindrom Broken Heart, atau secara medis dikenal Kardiomiopati Takotsubo, masih menjadi objek penelitian intensif dalam dunia kedokteran.
Namun, beberapa teori telah muncul untuk menjelaskan fenomena ini. Salah satu teori utama adalah bahwa stres emosional atau fisik yang mendalam memicu pelepasan hormon stres, seperti adrenalin, yang dapat memengaruhi jantung.
- Waspada! Inilah Beberapa Makanan yang Diduga Menyebabkan Usus Buntu
- Jangan Diremehkan, Ini Manfaat Bermain untuk Perkembangan Anak
- Mantap! Xiaomi Luncurkan Kabel Fast Charging USB-C 2.0 60W dengan Harga Terjangkau
Ketika tubuh terpapar pada tingkat hormon stres yang tinggi, hal ini menyebabkan pelepasan zat kimia yang memengaruhi pembuluh darah dan otot jantung.
Sebagai respons terhadap stres ini, bagian dari jantung dapat melebar, mengakibatkan penampilan yang khas pada gambaran takotsubo. Pada beberapa kasus, stres yang dihasilkan oleh peristiwa emosional, seperti kehilangan orang yang dicintai, dapat menjadi pemicu utama terjadinya kondisi ini.
Dilansir dari kemkes.go.id, gejala Sindrom Broken Heart mirip dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada, sesak napas, dan peningkatan detak jantung. Diagnosa kondisi ini melibatkan pemeriksaan lebih lanjut, seperti elektrokardiogram (EKG), tes darah, atau pemeriksaan pencitraan jantung seperti angiogram.
Lebih dari Sekadar Patah Hati Biasa
Meskipun Sindrom Broken Heart sering dikaitkan dengan stres emosional, kondisi ini juga dapat dipicu oleh stres fisik seperti kecelakaan, operasi, atau penyakit yang serius.
Sindrom Broken Heart dapat memiliki dampak fisik yang signifikan, dan dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gagal jantung.
Penting untuk menyadari bahwa meskipun Sindrom Broken Heart dapat mirip dengan serangan jantung, pengelolaannya mungkin berbeda. Perawatan dapat melibatkan pengelolaan stres, obat-obatan, dan pemantauan ketat oleh tenaga medis.
Sindrom Broken Heart, dengan basis biologis dan dampak fisiknya, menegaskan bahwa rasa sakit emosional dapat memengaruhi kesehatan jantung secara nyata.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala dan mencari bantuan medis ketika diperlukan, sehingga kita dapat mengatasi tantangan ini dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara kesehatan emosional dan kesehatan jantung.
- Studi: Olahraga Picu Hormon Dopamin dan Kinerja Otak
- Kenali Apa Itu Carbon Capture and Storage dan Manfaatnya Bagi Lingkungan
- Di Hadapan Ribuan Jamaah, Gus Iqdam Pasang Badan untuk Prabowo Gibran
Gejala Sindrom Broken Heart
- Rasa Sedih dan Kehilangan: Perasaan ini mungkin terasa berat dan sulit diatasi.
- Kesulitan Berkonsentrasi: Penderita mungkin merasa sulit untuk fokus atau melakukan tugas sehari-hari.
- Gangguan Tidur: Kesulitan tidur atau terbangun tengah malam adalah gejala umum.
- Perubahan Pola Makan: Beberapa orang mungkin kehilangan nafsu makan, sementara yang lain dapat merasa ingin makan terus-menerus.
- Perubahan Mood: Fluktuasi emosional, dari keputusasaan hingga kemarahan, mungkin terjadi.
Tips Mengatasi Sindrom Broken Heart
- Terima Perasaan Anda: Penting untuk mengakui dan menerima perasaan sedih dan kehilangan. Jangan terburu-buru untuk menyembunyikan atau menekan emosi Anda.
- Dukungan Sosial: Bicarakan perasaan Anda dengan teman dekat, keluarga, atau seorang profesional kesehatan mental.
- Beri Waktu untuk Kesembuhan: Kesembuhan tidak terjadi dalam semalam. Beri diri Anda waktu untuk meresapi dan memulihkan diri.
- Fokus pada Kesehatan Mental: Jaga kesehatan mental Anda dengan olahraga, meditasi, atau aktivitas yang memberikan kebahagiaan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 27 Jan 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 30 Jan 2024