BOR Rumah Sakit Kota Bandung Sentuh 90 persen
jabarjuara.co, Bandung - Ketersediaan ranjang atau Bed Occupancy Rate (BOR) pasien COVID-19 di rumah sakit Kota Bandung sudah mencapai 90 persen.
Menurut Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana, adanya hal itu meningkatkan kewaspadaan dalam level tertinggi. Namun Yana mengingatkan, agar masyarakat tetap tenang dan tidak panik.
“Kami terus mendorong teman-teman rumah sakit di Kota Bandung menambah kapasitas tempat tidur. Harapannya, teman-teman rumah sakit bisa menambah. Mudah-mudahan itu juga tidak dipakai,” ujar Yana ditulis Bandung, Jumat, 18 Juni 2021.
Alasannya kata Yana, setiap hari rumah sakit yanga ada terus mengupayakan penambahan tempat tidur khusus penanganan COVID-19. Semisal di Rumah Sakit Advent dan Rumah Sakit Santo Borromeus yang didatanganinya.
Yana mengungkapkan dari sekitar 90 persen tingkat keterisian tempat tidur di Kota Bandung ini, setengahnya dihuni oleh pasien yang berasal dari luar daerah. Yana memastikan rumah sakit di Kota Bandung tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik.
“Memang berdasarkan indikator BOR seperti kita ketahui sudah di atas 90 persen. Tapi kalau kita lihat 50 persennya itu bukan warga Kota Bandung. Tentunya atas dasar kemanusiaan tidak mungkin rumah sakit menolak pasien non Kota Bandung,” kata Yana.
Ditambah saat ini wilayah terdekat yakni Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat berada dalam zona merah. Sehingga Yana berharap rumah sakit di Kota Bandung harus siap melakukan langkah antisipasi.
Yana juga terus mendorong agar tempat isolasi mandiri bisa tersedia di level kewilayahan. Di tingkat kecamatan bahkan kelurahan harus bisa menginventarisasi potensi tempat isolasi mandiri.
“Tetangga kita ada di zona merah. Tentunya itu ada dampak, sehingga pasien terindikasi COVID-19 dirujuk ke rumah sakit Kota Bandung,” ucap Yana.
Seperti ketika mengunjungi wilayah Kecamatan Ujungberung, Yana melihat ada potensi bangunan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang bisa dijadikan tempat isolasi mandiri dengan kapasitas hingga 200 orang.
Apabila tempat isolasi mandiri ini maksimal, maka bisa mengurangi beban daya tampung di rumah sakit.
“Kita dorong di satu kelurahan ada 2-3 tempat isolasi. Itu akan sangat luar biasa. Kita terus diskusikan peluang-peluang yang bisa kita manfaatkan untuk isoman. Supaya membagi beban,” jelas Yana.
Yana menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada rumah sakit dan segala Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya.
Karena hingga saat ini masih tetap optimal melakukan penanganan di saat kasus terus meningkat.
“Pemkot Bandung mengucapkan terima kasih kepada fasilitas kesehatan yang ada di Kota Bandung. Termasuk tenaga kesehatannya yang sudah bersama-sama menghadapi peningkatan penyebaran Covid-19 di Kota Bandung,” ungkap Yana.
Selain menambah jumlah tempat tidur, ternyata pihak rumah sakit juga menyiagakan seluruh SDM yang dimiliki. Sehingga tak jarang para tenaga kesehatan terpaksa bekerja lembur.
Seperti yang dituturkan oleh Direktur Rumah Sakit Advent Bandung, Alvin Rantung. Menurutnya, pihak manajemen terpaksa mengatur jadwal para tenaga kesehatan lebih ketat. Apalagi jumlah perawat di RS Advent terbatas.
“Tetapi coba kita atur karena masyarakat sangat membutuhkan pelayanan. Perawat yang seharusnya off atau cuti, kita panggil masuk semua. Mereka semangat mau melayani. Karena melihat situasi, kita juga terus tambah kebutuhan untuk tenaga kesehatan ini,” papar Alvin.
Sedangkan untuk tempat tidur di RS Advent, saat ini Alvin akan mengupayakan penambahan.
Dari sebelumnya 48 persen kapasitas RS Advent, kini akan diupayakan menjadi 58 persen daya tampungnya khusus untuk penanganan COVID-19.
“Sekarang BOR kita sekitar dari 114 tempat tidur, dari kemampuan rumah sakit 237 tempat tidur. Kita akan tingkatkan sampai 135 tempat tidur," tutur Alvin.
Alvin mengaku dalam masa mendatang akan membuka kembali lantai dua gedung tersebut. Fungsinya untuk awalnya pasien non COVID-19, menjadi tempat tidur COVID-19.
Selain itu ditambah 12 ranjang di ruang ICU dengan tekanan negatif dan ventilator.