Bukan Kebetulan, Ini Sebab Jahe Identik dengan Hidangan Natal

Redaksi Daerah - Senin, 15 Desember 2025 13:14 WIB
Ternyata Ini Alasan Jahe Dijadikan Campuran di Hidangan Natal, Dipandang Mewah?

JAKARTA – Setiap tahun pada 25 Desember, masyarakat di berbagai belahan dunia merayakan Natal dengan penuh sukacita. Aneka kue dan biskuit disiapkan, rumah dihias dengan dekorasi khas, serta beragam aktivitas perayaan turut memeriahkan suasana.

Mengutip News 18, jahe menjadi bahan yang hampir selalu hadir dalam berbagai hidangan di negara-negara Barat dan memiliki makna tersendiri dalam tradisi Natal. Rempah ini kerap digunakan untuk menambah cita rasa sekaligus kehangatan pada sajian perayaan.

Salah satu yang paling ikonik adalah kue jahe atau gingerbread cookies. Selain dijadikan ornamen pohon Natal, kue ini juga disajikan sebagai hidangan di meja makan. Dibuat dari campuran jahe, madu, tepung, dan aneka rempah hangat, gingerbread sering dibentuk menyerupai figur manusia dan menjadi sajian khas yang identik dengan perayaan Natal.

Penggunaan jahe pada perayaan Natal terkait dengan sifatnya yang menghangatkan. Karena suhu di negara-negara Barat sering turun hingga di bawah nol derajat, jahe dalam kue dan biskuit membantu menjaga kehangatan tubuh.

Selain itu, kue jahe telah menjadi simbol festival dan kebahagiaan, bahkan beberapa orang menganggapnya membawa keberuntungan.

Dipercaya bahwa membuat kue jahe dengan jahe dapat mendatangkan hoki, serta rumah akan selalu diberkati dengan kemakmuran. Pangeran Albert dari Jerman dahulu sering membagikan kue jahe kepada anak-anak yang berpakaian seperti Santo Nikolas.

Murid-murid filsuf China kuno, Konfusius, pertama kali menyebut jahe dalam teks kuno Analects lebih dari 2.243 tahun yang lalu. Konon, Konfusius mengonsumsi jahe setiap kali makanannya.

Pada zaman dahulu, jahe ditanam dalam pot dan digunakan untuk mengobati penyakit kudis, yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C. Jahe telah menjadi bagian integral dari Ayurveda selama 5.000 tahun terakhir, terutama digunakan untuk mendukung kesehatan pencernaan.

Merayakan Natal dengan menikmati kue jahe atau gingerbread cookies. (freepik.com/gpointstudio)

Banyak orang salah mengira jahe sebagai sayuran atau akar, padahal jahe sebenarnya adalah tanaman berbunga, dan bagian yang kita gunakan adalah batangnya, yang dikenal sebagai rimpang. Jahe termasuk dalam satu keluarga dengan kunyit dan kapulaga.

Kata “jahe” berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu singabera, yang berarti “berbentuk tanduk”. Awalnya jahe tumbuh di Sri Lanka dan India, kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia.

Jahe sudah lama dianggap sebagai rempah eksotis dari Asia dengan nilai tinggi. Hal ini karena penggunaannya yang terbukti selama ribuan tahun untuk menambah cita rasa masakan sekaligus sebagai pengobatan tradisional di Asia.

Bagi masyarakat di luar Asia, seperti di Eropa dan Amerika, jahe dianggap sebagai komoditas alam yang sulit diakses masyarakat umum. Kondisi ini membuat jahe dipandang sebagai bahan mewah dan bernilai tinggi pada masa itu.

Selain itu, statusnya sebagai rempah langka membuat jahe identik dengan adanya suatu perayaan, seperti Natal dan Tahun Baru. Tak heran jika hidangan berbasis jahe kerap disajikan saat makan malam Natal.

Di sisi lain, jahe merupakan salah satu rempah yang mudah diawetkan, sehingga sangat praktis untuk digunakan dalam berbagai hidangan Natal yang perlu dipersiapkan jauh-jauh hari.

Beberapa makanan berbasis jahe, seperti gingerbread atau kue jahe kering, memiliki daya tahan lebih lama dibandingkan makanan basah lainnya yang dibuat tanpa jahe. Selain itu, kue jahe tetap renyah dan aromanya terjaga meski disimpan dalam jangka waktu lama.

Keuntungan ini membuat jahe sangat cocok dijadikan stok wajib di musim dingin, terutama karena keterbatasan akses terhadap bahan segar. Selain itu, tradisi memberikan kue jahe sebagai hampers Natal tetap berlangsung hingga kini, sejalan dengan sifat dan karakteristik jahe itu sendiri.

Dengan demikian, jahe tidak hanya menambah cita rasa hidangan Natal, tetapi juga memberikan kemudahan dan fleksibilitas dalam persiapannya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 15 Dec 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 15 Des 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS