Buku The Power of Now dan 7 Pelajaran Hidup yang Diajarkannya

Redaksi Daerah - Jumat, 31 Mei 2024 09:47 WIB
7 Pelajaran Hidup yang Dapat Dipelajari dari Buku The Power of Now (Amazon)

JAKARTA - Ada berbagai nasihat di dalam hidup seperti untuk tetap hidup di masa kini, tidak menyesali masa lalu, dan tidak mengkhawatirkan masa depan. Nasihat tersebut tampaknya akan selalu relate hingga kapanpun.

Hal ini sebagaimana diangkat dalam buku The Power of Now karya Eckhart Tolle. Diterbitkan pada akhir tahun 1990-an, buku ini telah diterjemahkan ke dalam 33 bahasa dan menjadi buku best seller hingga direkomendasikan oleh Oprah Winfrey.

Buku setebal 236 halaman ini menekankan bahwa hanya momen saat ini yang nyata dan penting. Karena masa lalu dan masa depan seseorang diciptakan oleh pikiran mereka.

Dalam buku yang telah dicetak sebanyak 15 juta eksemplar ini, penulis berpendapat bahwa desakan masyarakat bahwa mereka memiliki kendali atas hidup mereka adalah ilusi "yang hanya membawa rasa sakit.

Buku ini juga menjelaskan metode relaksasi dan meditasi untuk membantu pembaca memusatkan diri pada masa kini. Saran-saran tersebut antara lain memperlambat dengan menghindari melakukan banyak tugas , menghabiskan waktu di alam terbuka, dan melepaskan kekhawatiran tentang masa depan.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Buku Inspiratif yang Bisa Menemani Self Growth Anda di 2024

Meskipun perjalanan menuju pemahaman ini bisa jadi menantang, Eckhart Tolle menghadirkan konsep ini dengan bahasa yang sederhana dalam bentuk tanya jawab.

Ketika kita benar-benar hadir dan menerima keadaan apa adanya, kita membuka diri pada pengalaman transformatif dari The Power of Now.

Buku The Power of Now mengajarkan kita untuk fokus pada kehidupan di saat ini. Tolle membuat kita menyadari peran kita sebagai pencipta rasa sakit dalam hidup kita sendiri.

Dalam bukunya, Tolle menjelaskan bagaimana kita bisa membebaskan diri dari beban rasa sakit masa lalu dengan hidup sepenuhnya di momen sekarang.

Berikut ini 7 pelajaran yang bisa diambil dari buku The Power of Now.

Pelajaran dari Buku The Power of Now

1. Pikiran dan Tubuh Terpisah

Pikiran kita sering kali menjadi sumber utama dari penderitaan kita. Ketika kita terlalu banyak memberi makan pada ego kita, kita akan merasakan lebih banyak rasa sakit. Pikiran kita sering kali menghadirkan kenangan yang membuat kita menyesali masa lalu dan khawatir tentang masa depan.

Tolle menekankan bahwa kita sebenarnya hanya memiliki kendali atas apa yang sedang terjadi saat ini.

Tubuh kita juga memegang peranan yang sangat penting. Jadi cobalah untuk lebih fokus pada tubuh kita, karena tubuh kita adalah penuntun yang bisa memberikan petunjuk apa yang sebenarnya terbaik untuk kita.

Tolle juga menegaskan bahwa kita tidak akan pernah menemukan pencerahan atau kedamaian hanya dengan fokus pada pikiran kita dan mengabaikan tubuh kita.

2. Perhatikan Hubungan dengan Pikiran

Ketika kita berusaha melepaskan diri dari pikiran kita, penting untuk kita menyadari secara penuh kekuatan yang dimiliki oleh pikiran kita. Mengamati hubungan kita dengan pikiran kita akan membuka jalan bagi pemikiran yang lebih jernih. Hal ini membuat kita lebih terbiasa menerima pikiran-pikiran yang muncul tanpa langsung terjebak di dalamnya.

3. Fokus pada Saat Ini

Kita seringkali terjebak dalam masa lalu atau cemas terhadap masa depan, padahal kehidupan sebenarnya hanya terdiri dari aliran momen-momen saat ini. Masa lalu hanya merupakan koleksi momen-momen yang sudah berlalu, sedangkan masa depan hanya kumpulan momen-momen saat ini yang belum terjadi.

Masa lalu dan masa depan hanyalah variasi dari momen saat ini, dan terus-menerus khawatir terhadap keduanya tidak akan membawa manfaat. Jika kita benar-benar fokus pada saat ini, kita hanya akan menghadapi atau menangani masalah-masalah kecil yang muncul. Banyak masalah bisa kita pecah menjadi tantangan-tantangan kecil.

4. Terimalah Tragedi dalam Hidup

Banyak pengalaman hidup yang menyakitkan mungkin sulit untuk diterima saat terjadinya. Pengalaman ini bisa meninggalkan energi negatif yang membuat kita sulit menerimanya dan membawa beban emosional yang terus-menerus.

Kita perlu belajar untuk menerima peristiwa traumatis apa adanya, karena hal ini akan membantu mengurangi rasa sakit dan memungkinkan kita hidup dengan kedamaian.

5. Selalu Waspada

Kita harus tetap waspada karena kehidupan bisa memberikan momen-momen penting kapan saja. Fokus pada saat ini akan membantu kita menghadapi tantangan-tantangan dengan lebih baik.

6. Hati-hati dengan Ego

Ego adalah bagian dari diri batin kita yang sering mengendalikan kita tanpa disadari. Ego adalah sumber dari banyak penderitaan jika kita membiarkannya menguasai kehidupan kita.

7. Lepaskan untuk Mencari Kedamaian

Langkah pertama menuju kedamaian adalah menerima segala sesuatu apa adanya. Lawanlah ego, bebaskan pikiran dari harapan yang berlebihan, dan tunjukkan kasih sayang kepada orang-orang di sekitar Anda.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 11 May 2024

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 31 Mei 2024

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS