Investor Wajib Waspada! Ini 5 Cara Menghindari Tipu-Tipu Greenwashing ESG

Redaksi Daerah - Selasa, 09 Desember 2025 09:59 WIB
5 Cara Cerdas Lolos dari Jebakan Greenwashing ESG, Investor Wajib Tahu! (Biopac)

JAKARTA – Geliat investasi berbasis keberlanjutan atau ESG (Environmental, Social, and Governance) kini berkembang menjadi tren global yang sulit dihindari. Namun, meningkatnya minat pasar terhadap produk ramah lingkungan juga memicu maraknya praktik menyesatkan yang dikenal sebagai greenwashing.

Fenomena ini bukan sekadar promosi berlebihan, melainkan tindakan manipulatif di mana perusahaan membangun citra seolah-olah mereka peduli lingkungan. Saat ini, greenwashing menjadi tantangan besar bagi investor yang ingin memperoleh keuntungan sambil tetap memberikan dampak positif. Tanpa kehati-hatian, dana investasi bisa saja tersalurkan kepada perusahaan yang justru memperburuk kondisi lingkungan.

Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai risiko pasar modal berkelanjutan dan panduan dari Global Reporting Initiative (GRI), investor dituntut untuk meningkatkan kewaspadaan dan analisis mendalam.

Hal tersebut ditujukan untuk mendorong investor agar mempertimbangkan faktor-faktor ESG dalam keputusan investasi. Dalam hal ini, investor perlu menganalisis laporan ini untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan faktor-faktor ESG, seperti risiko lingkungan dan risiko sosial.

Mengapa Greenwashing Meresahkan dan Langkah Apa yang Dilakukan Oleh Investor?

Sebagai informasi, greenwashing merupakan tindakan memberi informasi yang salah atau menyesatkan mengenai seberapa besar dampak ramah lingkungan suatu produk, layanan, atau bahkan sistem pengelolaan perusahaan.

Tujuan utama praktik ini adalah menarik modal dari investor yang berfokus pada ESG dan memikat konsumen yang sadar akan isu lingkungan. Praktik greenwashing kerap dianggap meresahkan karena mampu merusak kepercayaan pasar, mengalihkan modal, hingga menghambat tujuan iklim.

Bagi investor yang ingin memastikan keaslian dari investasi ESG mereka, terdapat 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Periksa Data Mendalam

Investor wajib bersikap skeptis terhadap laporan pemasaran yang hanya menonjolkan citra positif. Langkah ini perlu dilakukan secara berhati-hati untuk meninjau laporan keberlanjutan tahunan yang diterbitkan, terutama yang mengacu pada standar global terpercaya seperti GRI atau SASB.

Selain itu, investor harus memeriksa meabsahan klaim hijau yang terletak pada angka emisi karbon, terutama Scope 1 dan Scope 2. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa target penurunan emisi perusahaan selaras dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya target ambisius semata.

2. Bedakan Komitmen Inti dan Proyek Sampingan

Praktik greenwashing sering terjadi ketika perusahaan menyoroti inisiatif kecil yang bersifat add-on, salah satunya seperti donasi pohon. Dalam hal ini, investor harus mampu melihat keseluruhan rantai nilai dari perusahaan.

Perusahaan yang secara gencar mempromosikan inisiatif hijau meskipun investasi yang dialokasikan terhadap sektor tersebut sangat kecil, mengindikasikan adanya praktik greenwashing. Oleh karena itu, investor disarankan mengukur alokasi belanjda modal, untuk aktivitas berkelanjutan dibandingkan aktivitas konvensional.

3. Pahami Metodologi Penilaian ESG

Setiap manajer investasi atau penyedia data ESG menggunakan metodologi penilaian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, investor harus aktif menanyakan apa saja yang diukur dalam skor ESG tersebut.

Para investor harus memeriksa detail portofolio reksa dana ESG, sebab dana yang bertanggung jawab akan secara agresif menyaring saham perusahaan di sektor sensitif. Selain itu, transparansi pada rasio biaya seringkali berkorelasi positif dengan manajemen dana yang etis.

Intinya, rasio biaya yang wajar dan transparan adalah penanda awal komitmen manajemen dana terhadap prinsip ESG yang sesungguhnya. Manajer yang etis akan memastikan biaya digunakan untuk due diligence keberlanjutan, bukan hanya untuk promosi.

4. Waspadai Klaim yang Tidak Jelas (Vagueness)

Klaim greenwashing sering menggunakan bahasa yang tidak terdefinisi secara ilmiah, seperti frasa alami, ramah lingkungan, atau baik untuk planet. Klaim-klaim tersebut harus didukung oleh bukti konkret berupa sertifikasi resmi yang diakui pihak ketiga, salah satu contohnya sertifikasi hutan lestari (FSC). Melalui hal tersebut investor diminta mencari target yang terikat waktu, terukur, dan terverifikasi secara jelas.

5. Diversifikasi dan Melibatkan Diri

Meskipun fokus terhadap ESG, prinsip dasar manajemen risiko terhadap investasi tetap diberlakukan. investor tidak boleh menempatkan seluruh modal pada satu aset. Strategi kuncinya adalah diversifikasi. Investasi ESG sebaiknya digabungkan dengan instrumen lain seperti obligasi atau saham non-ES, untuk menjaga risiko tetap tersebar dan tidak terkonsentrasi pada satu sektor.

Selain itu, investor didorong untuk menjalankan hak suaranya melalui keterlibatan aktif di perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hak suara tersebut, investor dapat menuntut pertanggungjawaban direksi terkait janji keberlanjutan. Hal ini dianggap sebagai cara efektif memerangi greenwashing sekaligus menjaga nilai investasi jangka panjang.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Maharani Dwi Puspita Sari pada 09 Dec 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 09 Des 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS