Mengintip Wajib Militer di Thailand, Pemilihan Lewat Sistem Lotre

Redaksi Daerah - Rabu, 07 Mei 2025 11:35 WIB
Keunikan Wajib Militer di Thailand, Pakai Sistem Lotre! undefined

BANGKOK - Sistem wajib militer di Thailand dikenal sebagai salah satu yang paling unik di dunia. Selain menerapkan metode undian atau lotre, Thailand juga memiliki sejumlah ketentuan khusus yang membedakannya dari negara lain seperti Korea Selatan.

Bagi pria Thailand yang berusia antara 21 hingga 27 tahun, wajib militer bukan hanya kewajiban terhadap negara, tetapi juga menjadi momen penuh ketegangan, dan bagi sebagian orang, penuh harapan.

Setiap tahunnya, ratusan ribu pemuda mengikuti “Draft Day”, sebuah proses seleksi wajib militer lewat undian yang telah menjadi tradisi nasional. Dalam proses ini, setiap peserta akan mengambil bola dari sebuah kotak sebagai penentu nasib mereka.

Jika mereka mendapatkan bola merah, maka mereka diwajibkan menjalani wamil selama satu hingga dua tahun, tergantung tingkat pendidikan terakhir mereka. Namun jika memperoleh bola hitam, mereka bebas dari kewajiban tersebut.

Berbeda dengan sistem lotre, warga yang mendaftar wamil secara sukarela akan mendapatkan perlakuan yang lebih ringan. Mereka hanya diwajibkan menjalani wamil selama enam bulan hingga setahun dan dapat memilih untuk ditempatkan di salah satu dari tiga cabang militer, angkatan darat, laut, atau udara.

Pemerintah Thailand memberikan kelonggaran bagi mereka yang sedang menempuh pendidikan tinggi. Wamil bisa ditunda hingga usia 27 tahun, khususnya bagi warga yang sedang mengejar gelar master. Namun, setelah melewati batas usia tersebut, mereka tetap diwajibkan mengikuti proses seleksi wamil.

Aturan Khusus untuk Transgender

Thailand dikenal sebagai salah satu negara yang relatif terbuka terhadap isu gender. Namun, dalam hal wamil, transgender tetap diikutsertakan dalam proses seleksi sejak tahun 2012.

Mereka yang telah menjalani operasi perubahan gender secara fisik umumnya mendapatkan pengecualian, sementara yang belum berubah secara fisik tetap diwajibkan mengikuti proses seleksi, dengan mekanisme pemeriksaan tambahan dari pihak militer.

Tak hanya warga biasa, para selebriti dan idola K-pop asal Thailand juga tak lepas dari kewajiban ini. Beberapa nama seperti Mario Maurer dan Kitkong Khamkrith tetap hadir dalam proses wamil.

Di sisi lain, artis seperti BamBam GOT7 dan Ten NCT diketahui mendapatkan pengecualian karena alasan medis atau administratif, meskipun sempat menjadi sorotan media dan publik.

Meski terdapat sistem undian dan sejumlah pengecualian, sistem wamil di Thailand tetap dijalankan secara disiplin dan ketat. Pemerintah Thailand menganggap wajib militer sebagai bagian penting dari pembentukan karakter dan kedisiplinan generasi muda.

Di saat banyak negara mempertimbangkan penghapusan wamil, Thailand justru menunjukkan bahwa kebijakan ini masih memiliki tempat dalam sistem sosial dan keamanan nasional mereka meskipun dengan cara yang khas dan penuh warna.

Kenapa Thailand Pertahankan Sistem Wamil?

Thailand mempertahankan wajib militer (wamil) sebagai bagian dari strategi pertahanan nasionalnya. Meskipun tidak sedang berada dalam kondisi perang, negara ini berbatasan dengan beberapa negara dan memiliki sejarah konflik di wilayah perbatasan, seperti dengan Kamboja.

Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu menjaga kekuatan militer yang besar dan siap siaga demi menjamin keamanan nasional. Selain alasan pertahanan, keberadaan wamil juga berkaitan erat dengan tradisi dan sistem politik Thailand.

Militer memiliki sejarah panjang dalam kehidupan politik negara tersebut, termasuk peran aktif dalam berbagai kudeta. Dengan mempertahankan wamil, militer dapat terus memperkuat pengaruhnya di tengah masyarakat dan pemerintahan, menjadikannya sebagai salah satu aktor kunci dalam dinamika politik nasional.

Dari sisi kebutuhan personel, Angkatan Bersenjata Thailand menghadapi tantangan dalam memenuhi kuota tahunan. Karena tidak semua warga negara bersedia mendaftar secara sukarela, sistem lotere dan kewajiban militer diberlakukan untuk mengisi kekurangan pasukan. Skema ini dianggap sebagai solusi untuk menjaga keberlangsungan dan kesiapan operasional militer.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 06 May 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Mei 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS