Menguak Produsen Susu Ikan di Balik Program Makan Bergizi Gratis

Redaksi Daerah - Rabu, 25 September 2024 11:02 WIB
KKP dan Kemenkop UKM Luncurkan Susu Ikan sebagai Produk Hilirisasi. (KKP)

JAKARTA – Akhir-akhir ini, isu tentang susu ikan sedang menjadi perbincangan hangat karena dianggap sebagai sumber alternatif pengganti susu sapi dalam program Presiden terpilih Prabowo Subianto, Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Susu ikan merupakan minuman berprotein dari ikan dan dibuat menyerupai susu pada umumnya. Minuman ini disebut-sebut bisa menjadi alternatif susu sekaligus sumber minuman bergizi karena diyakini kaya akan nutrisi.

Susu ikan dihasilkan dari ikan yang diproses dengan teknologi modern hingga menghasilkan hidrolisat protein ikan (HPI). Hidrolisat ini kemudian dicampur dengan bahan tambahan untuk menghasilkan tekstur dan rasa yang menyerupai susu konvensional atau susu sapi.

Tapi ternyata, susu ikan telah diproduksi di Indonesia sejak 16 Agustus 2023 oleh PT Berikan Bahari Indonesia. Perusahaan ini memproduksi Hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang kemudian diolah menjadi produk susu bubuk.

Founder Berikan Bahari Indonesia Yogie Arry menjelaskan, teknologi hidrolisat protein sebenarnya telah lama berkembang di dunia, namun baru Indonesia yang mulai mengolah protein ikan menjadi susu bubuk dalam skala industri.

“Kita yang menjadi pionir lah ya untuk bisa mengembangkan ini menjadi skala industri,” jelasnya saat konferensi pers di Pabrik Pengolahan Susu Ikan di Indramayu, Rabu, 18 September 2024.

Ia menambahkan, produk Hidrolisat Protein tidak hanya berasal dari ikan, tetapi juga dapat dibuat dari bahan lain seperti kedelai. Namun, menurutnya teknologi ini belum berkembang pesat di Indonesia.

Dia menjelaskan, pada dasarnya minuman berprotein dari ikan sudah banyak beredar di berbagai negara, namun untuk terminologi susu ikan baru dikenal di Indonesia.

Susu ikan pertama kali diperkenalkan oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pada Agustus 2023. Ia mengenalkan produk ini sebagai hasil kemitraan antara Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dan PT Berikan Teknologi Indonesia. Produk susu ikan juga sudah tersedia secara daring di beberapa platform e-commerce dengan merek dagang Surikan.

“Hilirisasi berbasis ikan ini perlu dikembangkan, Indonesia punya ikan, rumput laut, sawit, kelapa, umbi-umbian, dan berbagai sumber daya alam lainnya, ini semua yang akan dihilirisasi dan sudah dimulai di Indramayu,” ujar Teten, dikutip dari KKP.

Sementara, Menteri Kelautan dan Perikanan, Trenggono memastikan untuk berupaya meningkatkan konsumsi ikan dengan memperkenalkan berbagai produk yang terdiversifikasi kepada masyarakat Indonesia. Langkah ini diambil agar masyarakat, terutama generasi penerus bangsa, terhindar dari stunting.

Susu ikan karya anak bangsa ini memiliki berbagai keunggulan, seperti kandungan EPA, DHA, dan Omega 3 yang tinggi, bebas dari alergen, serta mudah dicerna oleh tubuh karena memilikitingkat penyerapan protein mencapai 96%. Selain itu, susu ini juga dihasilkan dari ikan lokal.

“Susu Ikan ini minuman sehat yang cocok dikonsumsi untuk semua usia,” tuturnya.

Tuai Kritik

Dari segi nutrisi, ahli gizi dr. Tan Shot Yen menegaskan, sumber protein tidak harus selalu berasal dari susu. Terlebih, dalam konteks ini, susu ikan melalui berbagai proses untuk menjadi bubuk, yang berarti termasuk dalam kategori pangan ultra-proses.

Ia mengaku heran jika wacana ini benar-benar diterapkan. Menurutnya, sumber nutrisi utama protein lebih banyak diperoleh dari makanan nyata, yaitu ikan yang dimakan langsung dalam bentuk utuh.

Profil Produsen Susu Ikan

PT Berikan Bahari Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT Berikan Teknologi Indonesia, yang didirikan pada tahun 2019 oleh beberapa ahli di bidang pengolahan makanan, desain mesin, dan fabrikasi baja.

Dilansir dari laman resmi Berikan Teknologi, perusahaan ini dibangun bertujuan untuk menciptakan solusi pengolahan pangan dan mesin kustom sesuai kapasitas dan proses.

Beberapa layanan Berikan Teknologi meliputi penyediaan peralatan dengan desain daya tahan tinggi, suku cadang, serta layanan pemeliharaan atau modifikasi untuk peralatan di industri pengolahan makanan. Selain itu, Berikan Teknologi memiliki pabrik pengolahan hidrolisat protein ikan (HPI) yang beroperasi di bawah nama PT Berikan Bahari Indonesia.

Pabrik ini diklaim sebagai produsen HPI pertama di Indonesia, dengan mengolah 90 ton ikan menjadi 30 ton HPI per bulan. Penelitian mengenai HPI sudah dimulai sejak 2019, namun Berikan Teknologi baru mendirikan fasilitas produksinya pada tahun 2022.

CEO Berikan Teknologi Yogi Aribawa Krisna menyatakan, perusahaannya membeli ikan petek dari nelayan di pesisir Indramayu hingga Subang. Ikan petek yang sebelumnya dibuang atau diolah menjadi ikan asin setelah ditangkap, kini dihargai hingga Rp10.000 per kilogram dalam kondisi segar untuk diolah menjadi HPI.

Sementara, menurut data BPS, produksi ikan tangkap di Kabupaten Indramayu pada tahun 2023 mencapai sekitar 166.212,82 ton, dengan jumlah nelayan atau juragan sekitar 42.514 orang.

“Mereka dapat menyerap 90 ton ikan petek untuk memproduksi 30 ton HPI setiap bulan. Sekitar 60% dari total volume HPI digunakan untuk kebutuhan Surikan yang diproduksi di Bekasi oleh PT Berikan Protein, yang juga merupakan anak perusahaan PT Berikan Teknologi,” terang Yogi.

HPI yang diproduksi di Indramayu diserap oleh empat jenis industri, yaitu pakan, pupuk, farmasi, dan pangan. Yogi tidak merinci kontribusi masing-masing industri dalam penyerapan volume HPI, namun HPI yang digunakan oleh industri farmasi memiliki nilai tertinggi.

“Pada HPI untuk industri pangan, pekerja Berikan Teknologi harus membuang semua organ ikan petek sebelum dicacah menggunakan mesin. Bentuk ikan berubah menjadi seperti bubur kertas setelah dicacah oleh mesin,” jelasnya.

Bubur ikan dipindahkan ke mesin hidrolisis. Proses ini akan memecah rantai molekul protein ikan petek dan mengubahnya menjadi asam amino. Dalam hitungan detik, bubur ikan yang awalnya berwarna abu-abu akan berubah menjadi cairan berwarna kuning.

Tahap akhir dalam pembuatan HPI adalah mengalirkan asam amino ke dalam spray dryer, yang akan mengubahnya menjadi bubuk HPI. Yogi mengungkapkan, harus mengeluarkan sekitar Rp15 miliar untuk membangun seluruh fasilitas tersebut. Menurutnya, biaya operasi HPI bervariasi tergantung pada jenis industri yang membutuhkannya.

Dalam pembuatan susu ikan, bubuk HPI dikirim ke pabrik Surikan di Bekasi untuk dicampurkan dengan perisa, gula, dan bahan lainnya sambil dipanaskan sebelum dikemas. Ia mengklaim, pabrik di Indramayu dapat memproduksi 80 ton susu ikan dalam bentuk cair per bulan jika seluruh produksi HPI digunakan untuk susu ikan. Jumlah tersebut setara dengan 3,5 juta botol berukuran 215 mililiter.

Menurutnya, bisnis pengolahan HPI sangat menjanjikan. Ia memperkirakan, imbal hasil investasi (IRR) dari pabrik pengolahan Hidrolisat Protein Ikan dapat mencapai 130% per tahun.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 25 Sep 2024

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 25 Sep 2024

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS