Panduan Praktis Mengelola Keuangan untuk Menghadapi Inflasi dan Stagflasi dengan Bijak
JAKARTA - Saat ini inflasi dan stagflasi jadi sorotan media secara global. Meskipun terdengar rumit, masalah ekonomi makro ini ternyata memiliki dampak yang langsung terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, bayangkan Anda hendak membeli makanan gorengan dengan uang lima ribu rupiah. Dalam setahun terakhir, mungkin terasa bahwa jumlah makanan gorengan yang bisa dibeli semakin berkurang.
Sebelumnya, dengan jumlah tersebut, Anda bisa mendapatkan lima buah gorengan, namun sekarang mungkin hanya empat buah dengan ukuran yang lebih kecil.
- Ternyata Bill Gates Menyesal Sempat Gila Kerja dan Tidak Pernah Liburan Saat Masih Muda
- Catat! Ini Jadwal Operasional BCA Selama Libur dan Cuti Bersama Lebaran 2024
- Kenali 5 Ciri Saham Multibagger Agar Investasi Makin Menguntungkan
Hal ini mengindikasikan adanya kenaikan harga, yang merupakan salah satu konsekuensi dari inflasi. Akan tetapi, perlu dipahami pula tentang stagflasi, yang merupakan kondisi di mana pertumbuhan ekonomi melambat dan harga-harga terus naik secara bersamaan.
Secara sederhana, inflasi adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu sementara stagflasi adalah situasi di mana pertumbuhan ekonomi melambat secara signifikan disertai dengan kenaikan harga yang terus menerus.
Dampak dari inflasi dan stagflasi sangatlah terasa dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menurunkan daya beli masyarakat dan meningkatkan tingkat pengangguran. Tetapi, adopsi strategi keuangan yang tepat dapat membantu mengantisipasi dampak-dampak tersebut.
Cara Mengatasi Dampak Inflasi dan Stagflasi
Dikutip dari situs Sikapi Uangmu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), inilah beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengantisipasi dampak inflasi dan stagflasi.
1. Mengelola Keuangan
Menata keuangan dengan baik merupakan langkah awal yang penting. Pisahkan antara kebutuhan dan keinginan dalam pengeluaran Anda. Prioritaskan kebutuhan dan tunda pembelian barang-barang yang tidak terlalu mendesak.
Melakukan pembelanjaan atau konsumsi pada waktu yang lebih tepat, terutama saat kondisi ekonomi membaik, bisa membantu mengelola dampak inflasi.
2. Mencari Sumber Pendapatan Tambahan
Selain dari pendapatan utama, mencari sumber pendapatan tambahan bisa menjadi solusi. Anda bisa mempertimbangkan untuk memulai bisnis kecil-kecilan melalui platform online atau mencari pekerjaan sampingan yang sesuai dengan hobi atau keahlian Anda.
3. Menyiapkan Dana Darurat
Pentingnya memiliki dana darurat tidak bisa diabaikan, terutama di masa-masa sulit seperti saat inflasi dan stagflasi. Dana darurat akan berguna untuk mengatasi kebutuhan yang tak terduga, seperti potensi pemotongan gaji atau bahkan pemutusan hubungan kerja. Pastikan dana darurat yang tersedia mencukupi untuk kebutuhan minimal beberapa bulan.
4. Berinvestasi Sesuai Profil Risiko
Inflasi bisa mereduksi nilai uang secara riil, oleh karena itu, melakukan investasi yang cerdas menjadi penting. Pilihlah instrumen investasi yang mampu memberikan imbal hasil yang melebihi tingkat inflasi. Namun, selalu pertimbangkan juga profil risiko Anda serta kondisi likuiditas keuangan Anda.
- Menyoal Dasar Penggantian Anggota Dewan Energi Nasional (DEN)
- OJK: Penghimpunan DPK di Bali Capai Rp171 Triliun, Tumbuh Dobel Digit
- Simak Cara Cek Tempat Penukaran Uang Bank Indonesia untuk THR
5. Melakukan Diversifikasi dan Average Down
Diversifikasi portofolio investasi merupakan strategi yang sangat penting. Dengan menempatkan dana investasi pada berbagai instrumen atau sektor yang berbeda, Anda dapat mengurangi risiko kerugian yang terkait dengan fluktuasi pasar.
Selain itu, average down adalah strategi untuk membeli lebih banyak saham atau produk investasi ketika harganya sedang turun. Ini membantu Anda memperoleh harga rata-rata yang lebih baik.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 05 Apr 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 05 Apr 2024