Perjalanan Legendaris Sepatu Bata di Indonesia, Resmi Stop Produksi Alas Kaki

Redaksi Daerah - Rabu, 15 Oktober 2025 21:44 WIB
Kisah Panjang Sepatu Bata di Indonesia, dari Kejayaan hingga Hentikan Produksi

JAKARTA– PT Sepatu Bata Tbk (BATA) secara resmi mengumumkan penghentian kegiatan usaha di bidang kebutuhan sehari-hari sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan. Keputusan tersebut ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 25 September 2025.

“Menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alat kaki untuk kebutuhan sehari-hari,” tulis ringkasan risalah RUPSLB, dikutip pada Jumat, 10 Oktober, 2025.

RUPSLB juga menyetujui penataan ulang seluruh ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan sebagai langkah lanjutan dari keputusan tersebut.

Penghentian produksi dilakukan di tengah kondisi keuangan perusahaan yang masih mengalami kerugian. Menurut laporan keuangan semester pertama 2025, BATA mencatat rugi bersih sebesar Rp40,62 miliar.

Meski angka tersebut lebih rendah dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp127,43 miliar, penjualan bersih perusahaan juga mengalami penurunan tajam sebesar 38,74%, dari Rp260,29 miliar menjadi Rp159,43 miliar.

Per Juni 2025, total aset BATA tercatat sebesar Rp377,98 miliar, turun dari Rp405,66 miliar pada akhir Desember 2024. Di sisi lain, total liabilitas mencapai Rp434,53 miliar, sehingga ekuitas perusahaan hanya sebesar Rp56,54 miliar.

Sejarah Sepatu Bata di Indonesia

Sejarah Bata di Indonesia terbilang panjang. Merek ini pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1931. Merek sepatu ini cukup populer di Tanah Air. Pada saat itu, Bata menjalin kerja sama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, yang bertindak sebagai importir sepatu di Tanjung Priok.

Enam tahun kemudian, Tomas Bata membangun pabrik sepatu di tengah perkebunan karet di kawasan Kalibata, tepatnya di Jalan Kalibata Raya, Jakarta Selatan, dan produksi sepatu dimulai pada tahun 1940.

Kemudian, pada 24 Maret 1982, PT Sepatu Bata Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pada 1994, pembangunan pabrik sepatu di Purwakarta telah selesai.

Merek Bata di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dekat dengan para penggemarnya. Tagline “Back to School” selalu membekas di ingatan siswa, terutama menjelang tahun ajaran baru.

Selain itu, merek-merek lain di bawah Bata, seperti Marie Claire, Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, dan Weinbrenner, pasti tak asing bagi kalian semua.

Mungkin banyak yang mengira jika merek sepatu ini produk lokal. Padahal, Bata berasal dari Ceko, dan didirikan oleh keluarga Tomas, Anna, serta Antonin Bata.

Keluarga Bata memiliki 4 unit bisnis internasional yang tersebar di berbagai wilayah dunia, yakni Bata Amerika Utara, Bata Eropa, Bata Amerika Latin, dan Bata Asia Pasifik-Afrika. Produk-produk mereka telah hadir di lebih dari 50 negara dan berhasil mencatat penjualan miliaran pasang sepatu sejak didirikan.

Perusahaan ini secara resmi bernama T&A Bata Shoe Company, dengan kantor pusat berlokasi di Lausanne, Swiss.

Adapun, sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi produksi sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri. Bata Indonesia beroperasi di gedung enam lantai yang menjadi kantor pusatnya, terletak di Cilandak, Jakarta Selatan.

Sebagai salah satu produsen dan pemasar terkemuka di Indonesia, Bata telah mengoperasikan jaringan ritel sebanyak 435 toko di seluruh negeri, yang mencakup Family Stores dan City Stores.

Setiap toko ritel Bata menawarkan variasi produk yang berbeda-beda. Selain itu, Bata Indonesia juga mengoperasikan departemen grosir yang melayani pengecer independen.

Dengan pengalaman lebih dari 125 tahun di industri sepatu, Bata menghadirkan berbagai koleksi yang cocok untuk semua kalangan usia dan tingkat pendapatan, mulai dari balita, anak-anak, wanita, hingga pria.

Produk-produk ini menawarkan beragam pilihan yang modis dan trendi untuk berbagai kesempatan.

Setelah cukup lama berada di puncak popularitas, kejayaan Bata mulai meredup seiring waktu. Pada 30 April 2024, Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta.

Pada kuartal III-2023, perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp80,65 miliar, meningkat drastis dibandingkan periode yang sama pada 2022 yang tercatat Rp20,43 miliar.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 10 Oct 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 15 Okt 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS