Salmon dan Tuna, Mana yang Lebih Sehat?

donalbaba - Jumat, 06 November 2020 18:51 WIB
Salmon dikteahui memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi daripada tuna. Namun, lemak tersebut berasal dari omega-3 yang menyehatkan. undefined

jabarjuara.co, Bandung-Salmon dan tuna, dua ikan yang dengan kandungan gizi yang tinggi. Keduanya kerap digunakan untuk berbagai menu kuliner yang menggoda lidah para pecinta kuliner ikan. Tapi di antara keduanya, mana yang kandungan gizinya lebih banyak?

Dari warna dan tekstur, salmon dan tuna berbeda dengan kebanyakan ikan lain. Umumnya, ikan jenis lain memiliki warna daging putih pucat dengan tekstur daging yang lebih ringan. Dua ikan ini malah memiliki daging yang lebih padat dan rapat.

Selain itu, warnanya pun merah gelap untuk tuna, sementara salmon memiliki warna yang terang nyaris ke orange.

Namun, sebagian dari kita mungkin pernah berpikir, mana yang lebih menyehatkan, tuna atau salmon?

Mengutip laman Kompas dari Healthline, daging tuna yang tidak berlemak disebabkan oleh kandungan protein yang lebih tinggi dan kandungan lemak yang lebih rendah. Sedangkan tekstur salmon yang lembap dan rasa berminyak sebagian besar disebabkan oleh kandungan lemaknya.

Healthline membandingkan komposisi nutrisi dari 3 ons (85g) porsi mentah salmon liar, salmon budidaya dan tuna.

Salmon diketahui lebih tinggi kalori daripada tuna karena lebih berlemak. Tapi tunggu dulu, lemak pada salmon berasal dari omega-3, yang tentunya sehat.

Selain itu, satu porsi salmon memberikan lebih banyak vitamin D daripada tuna.

Beberapa orang berjuang untuk mendapatkan vitamin D dalam jumlah cukup karena tidak secara alami ada di sebagian besar makanan.

Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium dan kesehatan tulang, serta berperan penting dalam fungsi kekebalan dan kesehatan otak.

Beberapa penelitian juga mengaitkan tingkat rendah vitamin D dengan risiko jenis kanker tertentu, penyakit jantung, multiple sclerosis, dan depresi yang lebih tinggi.

Omega-3 adalah lemak esensial, artinya tubuh tidak dapat membuatnya dan harus diperoleh dari makanan.

Sejumlah penelitian menunjukkan, orang dengan asupan omega-3 yang lebih tinggi dari ikan memiliki risiko penyakit jantung yang lebih rendah.

Penyebabnya, kemungkinan karena lemak ini dapat menurunkan trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL (baik).

Oleh karena itu, Asosiasi Jantung Amerika (AHA) merekomendasikan makan makanan laut, terutama ikan berlemak, dua kali seminggu jika memungkinkan.

Di sisi lain, jika kamu mencari makanan yang tinggi protein dan rendah kalori dan lemak, maka tuna adalah jawabannya.

Hal yang kerap menjadi perhatian ketika mengonsumsi ikan adalah kandungan merkurinya. Merkuri beracun bagi otak dan dapat menyebabkan masalah perkembangan pada anak.

Ketika ikan yang lebih besar memakan ikan yang lebih kecil yang terkontaminasi merkuri, unsur tersebut akan terakumulasi dalam daging mereka.

Secara umum, artinya ikan yang lebih besar seperti tuna mengandung lebih banyak merkuri daripada ikan yang lebih kecil seperti salmon.

Badan Perlindungan Lingkungan A.S. (EPA) merekomendasikan, tingkat merkuri tidak melebihi 0,3 μg per gram berat basah.

Meskipun demikian, analisis terhadap 117 tuna ikan kuning dari 12 lokasi di seluruh dunia menemukan bahwa banyak sampel yang melebihi batas ini.

Beberapa di antaranya bahkan mencapai tujuh kali lipatnya. Sementara tuna tidak mengandung merkuri yang tinggi seperti beberapa ikan lain, seperti hiu dan king mackerel.

Namun, FDA dan EPA menyarankan perempuan hamil dan anak-anak untuk membatasi albakora atau tuna putih kaleng, hanya satu porsi per minggu dan tuna ringan dua porsi per minggu.


Bagikan

RELATED NEWS