Scratch: Bahasa Pemrograman Visual dari MIT yang Ramah untuk Anak-anak

Redaksi Daerah - Jumat, 10 Oktober 2025 09:50 WIB
Kenali Scratch, Bahasa Pemrograman Visual dari MIT Cocok untuk Anak

JAKARTA - Di tengah pesatnya perkembangan era digital, kemampuan memahami logika pemrograman kini menjadi keterampilan penting yang tak lagi terbatas pada profesional di bidang IT.

Saat ini, anak-anak pun bisa belajar coding dengan cara yang seru dan interaktif lewat Scratch, bahasa pemrograman visual yang dikembangkan oleh MIT Media Lab.

Berbeda dari bahasa pemrograman tradisional yang menggunakan penulisan kode berbasis teks, Scratch memakai blok-blok berwarna berbentuk puzzle. Setiap blok memiliki fungsi tertentu dan bisa disusun dengan sistem drag-and-drop, sehingga pemula terutama anak-anak dapat memahami logika pemrograman tanpa takut melakukan kesalahan sintaks.

Antarmuka yang Ramah Anak

Scratch dirancang dengan tampilan antarmuka yang sederhana dan intuitif. Layar utamanya terbagi dalam beberapa bagian penting, seperti Stage (area tampilan proyek), Sprite (karakter yang diprogram), Backdrop (latar belakang), Blocks Palette (kumpulan blok kode), dan Scripts Area (tempat menyusun kode).

Blok kode Scratch terbagi ke dalam beberapa kategori, mulai dari Motion untuk menggerakkan karakter, Looks untuk mengubah tampilan, Sound untuk menambahkan efek suara, hingga Control dan Events yang berfungsi mengatur alur program. Struktur blok-blok ini membantu anak memahami konsep seperti loop, kondisi, dan variabel dengan cara yang visual.

Dengan alat sederhana ini, anak-anak dapat menuangkan kreativitas mereka ke dalam berbagai proyek. Game sederhana seperti labirin atau versi mini “Flappy Bird” dapat dibuat dengan blok gerakan dan deteksi tabrakan.

Animasi nama dengan efek warna dan suara menjadi proyek favorit pemula. Cerita interaktif, simulasi hewan peliharaan virtual, hingga kuis edukasi juga dapat dibuat dengan Scratch.

Berbagai proyek tersebut tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberikan pengalaman langsung dalam membangun logika dan alur program.

Baca juga : Pembukaan LQ45 Hari Ini: SCMA dan INCO Ngebut, UNTR Loyo

Lebih dari Sekadar Coding

Belajar Scratch tidak hanya soal membuat program. Proses ini mengasah kreativitas, pemecahan masalah, serta membangun pondasi logika pemrograman yang akan berguna saat belajar bahasa berbasis teks seperti Python atau JavaScript.

Selain itu, komunitas online Scratch memungkinkan anak-anak membagikan hasil karya mereka, saling belajar, dan berkolaborasi dengan pengguna dari seluruh dunia. Dengan begitu, pembelajaran tidak hanya terjadi secara individual, tetapi juga melalui interaksi sosial yang positif.

Untuk mulai belajar, pengguna cukup mengunjungi situs resmi scratch.mit.edu dan membuat akun gratis. Setelah mengenal antarmuka, mereka dapat membuat proyek pertama, bereksperimen dengan berbagai blok, dan mempelajari ribuan proyek lain yang telah dibagikan komunitas.

Beberapa lembaga edukasi, seperti Koding Akademi dan Alhazen Academy, juga menawarkan kelas Scratch terstruktur bagi anak-anak dan remaja yang ingin mengasah kemampuan mereka lebih jauh. Langkah awal yang sederhana ini dapat menjadi titik penting dalam membangun minat terhadap dunia teknologi.

Scratch membuktikan bahwa belajar pemrograman tidak harus rumit. Dengan pendekatan visual dan interaktif, anak-anak dapat menjadi “coder” cilik yang siap menghadapi tantangan teknologi masa depan. Bahasa pemrograman ini membuka pintu bagi generasi muda untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta inovasi digital.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 08 Oct 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 10 Okt 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS