Subholding Gas Pertamina dan Blue Bird, Bahu-Membahu Pemanfaatan BBG
JAKARTA – PT Gagas Energi Indonesia (“Gagas”) selaku bagian dari Subholding Gas Pertamina terus memberikan layanan GasKu sebagai bahan bakar gas yang memiliki green performance. Mengingat BBG memiliki emisi yang lebih rendah dari bahan bakar fosil lainnya, sehingga dapat menjadi alternatif energi ramah lingkungan bagi kendaraan.
"Kendaraan yang paling banyak menggunakan BBG saat ini adalah kendaraan umum sekitar 90 persen, seperti taksi, bajaj, angkot, dan Trans Jakarta. Jenis kendaraan tersebut mendapat benefit paling besar yakni dari sisi efisiensi biaya bahan bakar. Kenapa penghematan paling besar bisa dirasakan oleh 90% kendaraan tersebut, karena jumlah kilometer per harinya paling banyak. Saat ini harga BBG itu hanya 4.500 rupiah per liter jadi ada penghematan sekitar 55%," jelas Muhammad Hardiansyah selaku Direktur Utama Gagas dalam talkshow BBG Sebagai Alternatif Energi Transisi di IIMS 2024, 23 Februari 2024.
Saat ini dan kedepan, Gagas terus mengembangkan infrastruktur bahan bakar gas, untuk mendukung pemenuhan energi yang ramah lingkungan untuk mencapai NZE tahun 2060. Salah satunya pengurangan emisi dari kendaraan bermotor, dimana emisinya sekitar 25-35% lebih rendah.
- Fitur Baru WhatsApp Beta Dapat Cegah Tangkapan Layar pada Foto Profil
- Tindakan yang Perlu Diambil Saat WhatsApp Anda Diretas
- Pentingnya Memahami Hak Ibu Hamil di Tempat Kerja
Komitmen Gagas dalam menyediakan alternatif energi rendah sejalan dengan komitmen Blue Bird selaku perusahaan taksi yang telah memakai BBG. Bluebird sejak lama mempunyai komitmen panjang untuk berkontribusi terhadap lingkungan. Tepatnya sejak 2017, Blue bird mempunyai inisiatif untuk memakai BBG pada armadanya.
Selain itu, Blue Bird memiliki komitmen berkelanjutan “Blue bird 5030” yaitu mengurangi 50 persen emisi sampai tahun 2030. "Yang kami fokuskan adalah perbaikan lingkungan, karena dampak terhadap lingkungan cukup besar. Dari emisi yang keluar dari pemakaian gas dibandingkan kendaraan biasa sekitar 60 persen (lebih rendah), karena karbon lebih sedikit dan polutan lain berkurang, sehingga lebih ramah lingkungan,” ujar Astu Rahindo selaku VP Teknik Blue Bird Group.
Saat ini sudah terpasang 3.200 armada Blue Bird yang memakai BBG atau sekitar 25% dari total armada yang dimiliki oleh Blue Bird. Mereka juga menggunakan teknologi paling baik untuk dual fuel atau switch dari bbm ke gas, sehingga lebih fleksibel. Jika memakai gas, pembakaran juga lebih baik karena oktannya lebih tinggi. Kemudian mengenai keamanan, armada Blue Bird sudah dilengkapi dengan perlengkapan safety yang sangat baik.
“Kami tahun ini merencanakan penambahan 500 armada, step by step, karena akan mengikuti perkembangan GasKu dan simultan dengan program-program pemerintah,” ujar Astu.
Hardiansyah menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengoptimalkan pemanfaatan BBG di masa transisi menuju New Renewable Energy. Gagas juga mendukung dengan program Holding Migas Pertamina dalam menyediakan semua energi mulai dari fosil fuel hingga bahan bakar gas yang efisien serta rendah emisi. Selain itu, BBG bersumber dari dalam negeri sekaligus dapat menyumbang peran terhadap pengurangan emisi karbon. Pemanfaatan BBG tidak berkompetisi, namun berjalan bersisian dengan bahan bakar lainnya.
“Benefit lain menggunakan gas adalah menyediakan alternatif energi tanpa menambah kuantitas kendaraan, karena hanya perlu dipasang konverter yang sudah ada," tutup Hardiansyah.