Tren Digital Detox di Kalangan Gen Z, Sekadar Ikut-ikutan atau Urgensi Nyata?
JAKARTA – Digital detox merupakan istilah yang menggambarkan upaya untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan perangkat digital secara sementara, seperti ponsel, komputer, maupun media sosial.
Langkah ini bertujuan untuk memberi waktu bagi tubuh dan pikiran agar terbebas sejenak dari paparan teknologi. Praktiknya bisa beragam, mulai dari rehat sementara dari media sosial hingga berlibur tanpa membawa perangkat elektronik.
Bagi Generasi Z—yang tumbuh dengan teknologi sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari—digital detox semakin relevan. Generasi ini terbiasa selalu terhubung, baik untuk kebutuhan pekerjaan, pendidikan, maupun hiburan.
Sebuah survei McCrindle Research pada 2025 mengungkap bahwa lebih dari 86% Gen Z telah mengurangi penggunaan media sosial mereka. Sebanyak 67% menyadari dampak negatifnya terhadap kesehatan mental, dan 26% di antaranya bahkan mencoba melakukan digital detox secara total.
Meskipun digitalisasi membawa banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi dan komunikasi lintas batas, ketergantungan berlebih terhadap perangkat digital dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, dan stres.
Karena itu, digital detox bukan sekadar tren sesaat, melainkan kebutuhan mental yang semakin penting—terutama bagi Generasi Z—untuk mengurangi "kecanduan" digital dan menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata.
Salah satu individu yang memilih melakukan digital detox adalah Ginna (25), seorang perempuan asal Palu. Ia memutuskan untuk menonaktifkan sementara akun Instagram dan X (dulu Twitter) miliknya demi mengembalikan fokus dan keseimbangan hidup.
Ginna mengaku, kebiasaan membuka media sosial saat bekerja membuatnya kehilangan konsentrasi. Ia merasa terdistraksi oleh keinginan untuk terus mengikuti kabar terbaru dari kehidupan teman-temannya di dunia maya.
"Namun setelah saya sadari, fokus saya bekerja jadi hilang karena sering membuka Instagram dan X. Maka saya putuskan untuk digital detox dari dua platform itu," ujar Ginna kepada TrenAsia.com, belum lama ini.
Menurutnya, mengambil jeda dari perangkat digital dapat membantu seseorang meningkatkan kesejahteraan emosional dan mental, membangun kembali koneksi dengan lingkungan sekitar, serta menemukan kembali fokus dan ritme hidup yang sehat.
Langkah-langkah Digital Detox:
-Menetapkan waktu bebas gadget, misalnya satu jam sebelum tidur.
-Menggunakan fitur Do Not Disturb atau Screen Time untuk membatasi penggunaan aplikasi tertentu.
-Mengganti aktivitas digital dengan kegiatan offline, seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 10 May 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 16 Mei 2025