Tujuh Layar Menyisir Langit: Seniman Asal Jogja "Berlayar" ke Bandung
jabarjuara.co, Bandung – Selasar Pavilion kembali menggelar pameran tunggal. Kali ini seniman dari Jogja, Iwan Yusuf menghadirkan pameran bertajuk Tujuh Layar Menyisir Langit. Pameran ini berlangsung dari 26 April hingga 29 Juni 2025 dengan jadwal yang lebih spesial karena dibuka hingga malam hari saat akhir pekan. Selasar Pavilion menyediakan waktu dari pukul 10 pagi hingga pukul 9 malam (Jumat-Sabtu) dan pukul 10 pagi hingga 8 malam (Ahad). Hal ini dilakukan agar pengalaman berinteraksi dengan ruang dan pameran lebih mendukung.

Tujuh Layar Menyisir Langit menandai tonggak karir serta perkembangan konseptual perjalanan artistik Iwan Yusuf. Pencarian material jaring bekas menjadi sebuah peziarahan bagi Iwan Yusuf sehingga dapat masuk ke dalam persoalan yang lebih besar, yaitu budaya maritim. Jaring menjadi metafora hubungan manusia dengan laut. Di perkampungan nelayan, Iwan bertemu dengan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada laut. la melihat tangan-tangan terampil yang merajut lembaran jaring dan memahat kayu-kayu besar untuk membuat kapal. Perjalanannya ke pesisir mengingatkan Iwan akan bayangan keluarganya, orang-orang Gorontalo yang sejak dahulu memiliki sejarah erat dengan laut
Dalam pameran Tujuh Layar Menyisir Langit, Iwan meninjau lebih dekat peran kapal Pinisi, sebuah peninggalan budaya maritim kuno Nusantara yang masih hidup dalam keseharian masyarakat Bulukumba di Sulawesi Selatan. Judul pameran ini merujuk pada konfigurasi layar kapal Pinisi, simbol keunggulan para pelaut Nusantara Pinisi menghubungkan pulau-pulau, membangun jalur perdagangan, dan merajut jaringan sosial-budaya. Kapal ini merupakan warisan pengetahuan, inovasi, dan filosofi maritim yang diwariskan secara turun-temurun.

Pameran Tujuh Layar Menyisir Langit menyingkap paradoks antara proses eksploitasi dengan pelestarian yang seringkali berjalan beriringan sehingga menciptakan ketegangan antara manusia dengan alam. Bagi Iwan, Laut merupakan ruang spiritual yang membentuk pemahaman manusia terhadap dunia. Sejarah perkembangan teknologi kapal pinisi mengajarkan harmoni, penghormatan, dan kesadaran akan relasi manusia dengan laut. Iwan Yusuf menangkap pentingnya peranan budaya maritim yang sarat akan kearifan lokal dalam menghadapi ancaman akibat perubahan zaman, industrialisasi, dan eksploitasi alam.