Usai Lebaran, Banyak yang Konsultasi Psikolog, Simak Tips Menjaga Mental Tetap Sehat
JAKARTA - Idulfitri seharusnya menjadi momen penuh kebahagiaan dan kehangatan bersama keluarga serta orang-orang tercinta. Namun, bagi sebagian orang, perayaan ini justru membawa tekanan sosial, pertanyaan pribadi yang tidak nyaman, dan ekspektasi yang membebani. Situasi ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang berdampak pada kesehatan mental.
Berdasarkan data dari Halodoc Health & Wellness Insight 2025, konsultasi kesehatan mental meningkat sebesar 16% pada minggu pertama setelah Idulfitri. Fakta ini menunjukkan bahwa banyak individu mengalami tantangan emosional meskipun perayaan telah berakhir.
Chief Medical Officer Halodoc, dr. Irwan Heriyanto, MARS, menyatakan bahwa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Banyak orang menghadapi tekanan sosial saat Idulfitri, yang berpotensi memicu stres dan kecemasan.
- Program Klasterkuhidupku BRI Bantu Usaha Tenun Ulos Bangkit dan Berdayakan Perempuan
- Menguak Potensi Child Grooming, Eksploitasi dalam Industri K-pop
- Inilah Fenomena Panic Buying di Indonesia, Minyak Goreng hingga Emas Antam
“Data Halodoc menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dan depresi menjadi dua masalah utama yang dihadapi pengguna. Oleh karena itu, kami menyediakan layanan kesehatan mental yang komprehensif, mulai dari edukasi, tes kesehatan mandiri, hingga konsultasi dengan psikolog dan psikiater tepercaya,” kata Irwan melalui keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, dikutip Selasa, 1 April 2025.
Tips Menghadapi Idulfitri dengan Lebih Tenang dan Bermakna
Untuk membantu masyarakat menjalani Idulfitri dengan lebih nyaman, Mitra Psikolog Halodoc, Miki Amrilya Wardati, S.Psi, M.Psi, membagikan lima langkah praktis yang dapat diterapkan:
1. Menjaga Suasana Hati agar Tetap Positif
Meskipun Idulfitri identik dengan kebahagiaan, tidak semua orang mengalaminya dengan cara yang sama. Percakapan yang menyinggung atau komentar yang tidak sensitif dapat memicu stres.
Tips:
- Kelola ekspektasi dan fokus pada hal-hal yang menyenangkan, seperti mendekatkan diri kepada Tuhan, berbincang santai dengan keluarga terdekat, atau menikmati momen kecil tanpa tekanan.
- Jika menghadapi situasi yang kurang nyaman, lakukan penilaian emosional (appraisal) dan atur respons yang lebih tenang.
2. Tetapkan Batasan dalam Interaksi Sosial
Menurut Social Comparison Theory dari Leon Festinger, manusia cenderung membandingkan diri dengan orang lain, yang dapat memicu ketidaknyamanan. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan batasan dalam percakapan agar tetap harmonis.
Tips:
- Hindari pertanyaan yang terlalu pribadi dan berpotensi menyinggung, seperti soal pernikahan, karier, atau rencana masa depan.
- Alihkan pembicaraan ke topik yang lebih netral, misalnya hobi atau pengalaman menarik selama Ramadan.
Baca Juga: Bukan Nastar dan Putri Salju, Ini Kue Lebaran Tradisional dari Berbagai Negara
3. Kelola Emosi dan Kendalikan Situasi
Teknik cognitive reframing dapat membantu seseorang mengubah cara pandang terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Daripada melihat pertanyaan pribadi sebagai sesuatu yang mengganggu, anggaplah sebagai bentuk perhatian, sehingga respons yang diberikan lebih santai.
Tips:
- Gunakan assertive communication untuk tetap sopan namun tegas dalam menyampaikan batasan.
- Jika ditanya hal yang sensitif, jawablah dengan santai namun tegas, misalnya: "Terima kasih atas perhatiannya. Saya masih menikmati momen ini dan belum terburu-buru."
4. Jangan Ragu Mencari Bantuan Profesional
Jika kecemasan terus berlanjut meskipun sudah mencoba berbagai cara, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Melakukan self-diagnose tanpa bimbingan ahli justru dapat memperburuk kondisi.
Tips:
- Konsultasikan perasaan dan kecemasan Anda kepada psikolog atau psikiater.
- Manfaatkan layanan kesehatan digital seperti Halodoc, yang memungkinkan Anda berkonsultasi dengan tenaga profesional kapan saja dan di mana saja.
- Kekhawatiran Kembalinya Kekuatan Militer di Indonesia Bikin Investor Korea Resah
- Satu Dekade, Rasio Dividen BBRI Naik dari 30 ke 85 Persen
- Kontroversi Jeffrey Sachs, Penganut Keynesian yang Jadi Penasihat Danantara
5. Beri Waktu Jeda Sebelum Kembali ke Rutinitas
Setelah perayaan Idulfitri, banyak orang mengalami post-holiday blues, yaitu perasaan kurang bersemangat atau lelah saat kembali ke rutinitas sehari-hari. Hal ini terjadi karena adanya transisi yang mendadak dari masa liburan ke aktivitas normal.
Tips:
- Berikan buffer time atau jeda sebelum kembali bekerja atau beraktivitas agar transisi lebih lancar.
- Rencanakan hal-hal menyenangkan setelah Lebaran, seperti berkumpul dengan teman, menjalani hobi, atau mengatur liburan singkat di akhir pekan
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 01 Apr 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 16 Apr 2025