Saham
Kamis, 31 Oktober 2024 10:54 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan mantan Menteri Perdagangan RI Thomas Trikasih Lembong (Tom Lembong) sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi terkait kegiatan impor gula di Kementerian Perdagangan pada tahun 2015-2016.
Dia ditetapkan sebagai tersangka bersama dengan Direktur Pengembangan Bisnis PT PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) Charles Sitorus. Keduanya diduga telah merugikan negara sebesar Rp400 miliar.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Abdul Qohar menyatakan, Thomas Trikasih Lembong telah menyalahgunakan wewenang dalam penanganan kebijakan impor gula pada tahun 2015-2016.
“Menteri Perdagangan yaitu saudara TTL memberikan izin persetujuan impor gula kristal mentah sebanyak 105 ribu ton yang kemudian gula kristal mentah tersebut diolah menjadi gula kristal putih,” katanya, Selasa, 29 Oktober 2024.
Ia menjelaskan, berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian Nomor 257 Tahun 2014, hanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diizinkan untuk melakukan impor gula kristal putih. Namun, Tom Lembong diduga memberikan persetujuan kepada perusahaan swasta untuk melakukan impor tersebut.
Terkait hal itu, lantas siapa sebenarnya Tom Lembong?
Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong, lahir di Jakarta pada tanggal 4 Maret 1971. Pria keturunan Manado ini dibesarkan di Jerman antara usia 3-10 tahun. Ia menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP) di Regina Pacis, Palmerah, Jakarta.
Setelah itu, ketika memasuki masa SMA, dia kembali pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Dia meraih gelar Bachelor of Arts di bidang arsitektur dan desain perkotaan dari Universitas Harvard pada tahun 1994.
Diketahui, sebelum bergabung dengan pemerintahan, Tom Lembong memiliki pengalaman bekerja di perusahaan dalam maupun di luar negeri.
Ia memulai karirnya di Divisi Ekuitas Morgan Stanley (Singapore) Pte. Ltd pada tahun 1995. Selain itu, ia juga memiliki pengalaman sebagai Senior Manager di Departemen Corporate Finance Makindo. Selanjutnya, ia bekerja sebagai bankir investasi di Deutsche Securities Indonesia dari tahun 1999 hingga 2000.
Tom juga pernah menjabat sebagai kepala divisi dan wakil presiden senior di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dari tahun 2000-2002, sebelum bergabung dengan Farindo Investments dari tahun 2002-2005.
Ia merupakan salah satu pendiri, Chief Executive Office, dan Managing Partner di Quvat Management Pte. Ltd, sebuah perusahaan dana ekuitas swasta yang didirikan pada tahun 2006. Selain itu, ia juga menjabat sebagai presiden komisaris PT Graha Layar Prima Tbk (BlitzMegaplex) dari tahun 2012-2014.
Tahun 2008, ia terpilih sebagai Pemimpin Muda Global oleh Forum Ekonomi Dunia. Pada tahun 2017, ia dianugerahi Asia Society Australia-Victoria Distinguished Fellowship.
Tom Lembong ditunjuk mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Perdagangan RI dari Agustus 2015 hingga Juli 2016, menggantikan Rachmat Gobel dalam Kabinet Kerja. Kemudian, ia dipercaya menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dari Juli 2016 hingga Oktober 2019.
Setelah tidak lagi menjabat di pemerintahan, ia mendirikan Consilience Policy Institute yang resmi beroperasi di Singapura. Lembaga tersebut adalah wadah pemikir yang mengadvokasi kebijakan ekonomi internasionalis dan reformis di Indonesia. Selanjutnya, Anies Baswedan, saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Agustus 2021, mengangkat Tom Lembong sebagai Ketua Dewan PT Jaya Ancol.
Diketahui beberapa kali ia menulis pidato untuk Jokowi yang dibacakan di forum ekonomi internasional. Di antara pidato tersebut terdapat yang berjudul Game of Thrones dan Thanos.
Pidato Game of Thrones dibacakan Jokowi dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 yang berlangsung di Bali pada 12 Oktober 2018. Sementara, pidato Thanos dibacakan Jokowi di World Economic Forum on ASEAN yang diadakan di Hanoi, Vietnam, pada 12 September 2018.
Pada Pilpres 2024, Tom Lembong menjadi bagian dari tim sukses Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Ia menjabat sebagai Co-Captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Tim Amin).
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2019, total kekayaan Thomas Lembong mencapai Rp101.486.990.994. Tidak tercatat kepemilikan tanah dan bangunan atas nama Tom Lembong, begitu juga dengan alat transportasi dan mesin. Berikut rincian harta kekayaannya:
- Harta bergerak lainnya senilai Rp180.990.000
- Surat berharga yang bernilai Rp94.527.382.000.
- Kas dan setara kas yang mencapai Rp2.099.016.322.
- Harta lainnya senilai Rp4.766.498.000.
- Utang sebesar Rp86.895.328.
Jadi, total kekayaan Tom Lembong tercatat sebesar Rp101.486.990.994.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 30 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 31 Okt 2024
Bagikan