UMKM
Kamis, 31 Oktober 2024 18:24 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Indonesia diketahui sedang menghadapi deflasi berkelanjutan sejak Mei 2024. Kondisi tersebut tentu membawa dampak besar pada daya beli masyarakat dan kelangsungan bisnis, khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kondisi ini mirip dengan tantangan yang dihadapi pelaku usaha saat pandemi COVID-19, ketika banyak orang yang terpaksa beradaptasi untuk bertahan. Kali ini, pelajaran dari masa pandemi kembali menjadi inspirasi penting bagi UMKM dalam mencari strategi bertahan di tengah deflasi.
“Deflasi lima bulan berturut-turut ini sudah sangat nyata dampaknya. PHK di mana-mana, perekonomian kelas menengah dari berbagai data menunjukkan dalam fase negatif atau lumpuh,” ujar Anggota Komisi VI DPR, Darmadi Durianto, di Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2024.
Sepinya pasar-pasar tradisional seperti di Ciracas, Jakarta Timur, mencerminkan dampak nyata deflasi terhadap UMKM. Beberapa pengusaha mengaku harus menghadapi penurunan jumlah pembeli hingga 60%, memaksa mereka untuk mengambil keputusan sulit, termasuk merumahkan karyawan atau bahkan menutup usaha.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi mencapai 0,12% pada bulan September 2024, terparah dalam lima tahun terakhir, dengan lebih dari 53.000 pekerja terdampak gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Penurunan daya beli ini juga mengubah pola konsumsi masyarakat. Banyak konsumen kini lebih selektif dan hanya membeli kebutuhan pokok seperti pangan dan kesehatan, sementara belanja barang tersier dan mewah menurun tajam.
Hal ini menantang sektor-sektor tertentu, terutama tekstil dan makanan non-pokok, yang kini harus mencari cara baru untuk tetap relevan dan diminati di tengah kondisi yang sulit.
“Jika ekonomi kelas menengah stabil dan angka pengangguran dalam batas normal, itu artinya pertumbuhan ekonomi terjaga. Bila kedua indikator itu menunjukkan tren negatif, maka pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam kondisi kritis atau sedang tidak baik-baik saja,” tambah Darmadi.
Seperti saat pandemi, banyak UMKM kini mempertimbangkan untuk banting setir ke sektor-sektor yang permintaannya lebih stabil, seperti makanan olahan dan pertanian.
Misalnya, pengusaha yang sebelumnya bergerak di bidang fashion atau aksesoris mungkin mulai merambah produksi bahan pangan atau barang kebutuhan sehari-hari. Mengalihkan fokus ke produk yang lebih esensial merupakan strategi bertahan yang terbukti efektif di masa lalu dan terus relevan hingga saat ini.
Praktisi Keuangan Keluarga & Pendamping Keuangan Bisnis UMKM, Baratadewa Sakti Perdana, mengungkap sejumlah tips jitu, strategi menghadapi deflasi yang dapat diterapkan UMKM
Selain itu, salah satu kunci keberhasilan bertahan di tengah deflasi adalah mengelola arus kas dengan cermat. Pengusaha dianjurkan untuk fokus pada pengeluaran penting dan menunda investasi atau belanja besar.
Hindari juga utang berbunga tinggi yang dapat memberatkan, sambil memastikan piutang dapat segera ditagih. “Menjaga aliran kas yang stabil sangat penting untuk menjaga operasional bisnis tetap berjalan di tengah tekanan ekonomi,” katanya dikutip dari Antara Jumat 25 Oktober 2024.
Diversifikasi usaha juga dapat menjadi jalan keluar bagi UMKM. Dengan memperluas lini produk atau memasuki sektor baru, seperti pengolahan pangan atau pertanian, UMKM dapat memanfaatkan permintaan yang lebih stabil untuk produk-produk pokok.
Inovasi juga menjadi kunci bagi UMKM untuk menarik kembali minat konsumen. Beberapa strategi yang bisa diterapkan adalah mengemas produk dalam ukuran yang lebih kecil dan terjangkau atau memberikan penawaran tambahan, seperti layanan pengiriman gratis. Inovasi kecil ini dapat meningkatkan daya tarik produk di tengah daya beli yang lemah.
Beralih ke platform digital atau e-commerce juga menawarkan peluang besar. Dengan biaya pemasaran yang lebih rendah dan jangkauan yang lebih luas, platform digital menjadi alat penting bagi UMKM untuk menjangkau lebih banyak konsumen.
Kerja sama dengan pengusaha lain juga bisa membantu mengurangi biaya dan memperluas pasar. Misalnya, UMKM bisa bekerja sama dalam hal logistik atau berbagi lokasi usaha, yang akan membantu mereka menghemat biaya operasional. Selain itu, fokus pada produk pokok seperti pangan dan kesehatan dianggap dapat memberikan peluang yang lebih baik untuk bertahan.
Meski tantangan yang dihadapi UMKM di tengah deflasi sangat besar, peluang baru selalu bisa ditemukan melalui strategi yang tepat. Dengan adaptasi, diversifikasi, dan pemanfaatan teknologi, banyak UMKM yang mungkin menemukan jalan baru untuk bertahan dan berkembang. Pandemi telah mengajarkan pentingnya ketangguhan dan kreativitas, yang kini menjadi bekal berharga bagi pelaku usaha menghadapi krisis deflasi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 25 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 31 Okt 2024
Bagikan