Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Pupuk Indonesia Fokus pada Revitalisasi Industri
JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan komitmennya dalam memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pupuk bagi petani, salah satunya melalui strategi revitalisasi industri pupuk. Strategi ini dijalankan dengan memodernisasi pabrik tua hingga membangun pabrik baru agar proses produksi lebih efisien.
Efisiensi tersebut memungkinkan Pupuk Indonesia menekan biaya produksi sehingga harga pupuk subsidi dan nonsubsidi bagi petani tetap terjangkau. Di sisi lain, kehadiran pabrik yang modern dan andal juga dapat memperkuat kontinuitas pasokan pupuk jangka panjang, sehingga kebutuhan pupuk petani dapat terpenuhi secara konsisten. Untuk mewujudkan manfaat tersebut secara berkelanjutan, upaya revitalisasi ini juga membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak.
- Tiktok Didenda Rp15 Miliar karena Terlambat Laporkan Akuisisi Tokopedia
- Samsung Hadirkan Galaxy Tab S11 Series, Spesifikasinya Lengkap
- Tujuh Alasan Penetapan Tersangka Nadiem Makarim Tidak Sah
“Ke depan kami akan melakukan revitalisasi, karena pabrik-pabrik kami sudah tua. Kami sudah lama tidak melakukan pembangunan pabrik. Untuk merevitalisasi itu butuh Rp54 triliun (tetapi tetap) akan kami lakukan,” ujar Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi di Jakarta.
Rahmad mencontohkan, saat ini dari 15 pabrik Urea yang dimiliki Pupuk Indonesia, delapan di antaranya telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Kondisi tersebut membuat rata-rata konsumsi gas untuk memproduksi 1 ton Urea mencapai 28 MMBTU, lebih tinggi dibandingkan standar global. Bahkan, khusus untuk delapan pabrik berusia di atas 30 tahun, konsumsi gas rata-rata bisa mencapai 32,2 MMBTU per ton Urea.
“Untuk Urea saat ini rasio konsumsi energi kami tinggi sekali, rata-rata rasio konsumsi gas itu adalah 28 MMBTU per ton Urea,” kata Rahmad.
Karena itu, revitalisasi industri pupuk menjadi langkah kunci Pupuk Indonesia untuk menjawab tantangan kondisi pabrik yang sudah tua dan tidak efisien tersebut. Melalui revitalisasi, konsumsi gas di Pupuk Indonesia Grup diproyeksikan dapat ditekan menjadi 25 MMBTU per ton Urea pada 2035. Efisiensi ini akan mampu menurunkan biaya produksi, sekaligus memungkinkan Pupuk Indonesia menyediakan pupuk dengan harga lebih terjangkau bagi petani.
“Pak Prabowo menempatkan bahwa ketahanan pangan sebagai sebuah fundamental utama dan kami sangat bersemangat untuk bisa terus mendukung ketahanan pangan nasional,” kata Rahmad.
Sebagai bagian dari langkah revitalisasi ini, Pupuk Indonesia telah memulai pembangunan Pabrik Pusri IIIB melalui PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Dengan target penyelesaian pada tahun 2027, Pusri IIIB akan menggantikan pabrik lama sekaligus menghadirkan infrastruktur modern yang mampu meningkatkan efisiensi konsumsi gas dari 32 MMBTU per ton menjadi 21,7 MMBTU per ton Urea. Efisiensi tersebut setara dengan penghematan biaya produksi sekitar Rp 1,5 triliun per tahun.
“Kami sedang membangun satu pabrik bernama Pusri IIIB yang akan menggantikan pabrik yang sudah tua. Keberadaan pabrik ini akan menjadikan Pusri sebagai perusahaan pupuk tertua, tetapi dengan rata-rata umur pabrik yang paling muda dan paling efisien,” kata Rahmad.
Tentang Pupuk Indonesia
PT Pupuk Indonesia (Persero) merupakan produsen pupuk Urea terbesar di Asia, Timur Tengah, dan Afrika Utara dengan total kapasitas produksi pabrik pupuk mencapai 14,6 juta ton per tahun. Dalam mengemban tugas mendukung ketahanan pangan nasional, PT Pupuk Indonesia (Persero) dan 9 (sembilan) anak perusahaannya memiliki sejumlah produk pupuk yang terdiri dari pupuk Urea, NPK, ZA, Organik, dan SP36 yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Memiliki fasilitas pendukung antara lain berupa pelabuhan dan sarananya, kapal angkutan, distribution center, pergudangan, serta unit pengantongan pupuk yang memperlancar proses produksi dan distribusi pupuk. Kegiatan operasional Pupuk Indonesia Group bergerak di bidang industri pupuk, petrokimia dan agrokimia, steam (uap panas) dan listrik, pengangkutan dan distribusi, perdagangan serta EPC (Engineering, Procurement and Construction).
Sembilan anak perusahaan dimaksud sebagai berikut: PT Petrokimia Gresik (PKG), PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PSP), PT Pupuk Indonesia Niaga (PIN), PT Pupuk Indonesia Logistik (Pilog), PT Pupuk Indonesia Pangan (PIP), dan PT Rekayasa Industri (Rekind).
Informasi lebih lengkap tentang Pupuk Indonesia dapat dilihat di Website : www.pupuk-indonesia.com.
Twitter : @pupuk_indonesia
YouTube : PT Pupuk Indonesia
Official Instagram: @pt.pupukindonesia
Tulisan ini telah tayang di halojatim.com oleh Redaksi pada 01 Okt 2025