Sering Ingin Makan Pedas? Tubuh Punya Alasannya

Redaksi Daerah - Selasa, 30 Desember 2025 17:23 WIB
Kenapa Kita Sering Ngidam Pedas? Ini Penjelasan Ilmiahnya

JAKARTA – Istilah sweet tooth kerap digunakan untuk menggambarkan orang yang gemar makanan manis, dan hal tersebut tergolong wajar. Namun, tak sedikit pula yang justru menyukai sensasi pedas dan menjadikan rasa kuat sebagai favorit utama dalam pilihan makanan mereka.

Terlepas dari preferensi masing-masing, keinginan tiba-tiba untuk menyantap makanan pedas bisa muncul tanpa diduga dan terasa sulit ditahan.

Mengutip Verywell Health, dorongan mendadak untuk mengonsumsi makanan pedas dapat terjadi sewaktu-waktu. Keinginan terhadap rasa tertentu ini umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan hormon, kondisi stres, hingga rangsangan dari lingkungan sekitar.

Aroma dan Iklan Bisa Membangkitkan Hasrat Pedas

Tahukah kamu, aroma sambal atau melihat tayangan iklan makanan pedas di televisi dapat membuat produksi air liur meningkat? Rangsangan visual dan penciuman ternyata mampu mengaktifkan pusat penghargaan di otak, sehingga keinginan untuk makan bisa muncul secara tiba-tiba.

Namun, sebuah studi terbaru menemukan orang yang menyukai makanan pedas juga menunjukkan respons fisiologis tertentu seperti peningkatan detak jantung hanya dari paparan indra terhadap makanan pedas.

Cuaca Panas Membuat Tubuh Mengundang Rasa Pedas

Makanan pedas. (freepik.com/jcomp)

Hal ini mungkin terdengar bertolak belakang. saat cuaca panas, justru keinginan untuk menyantap makanan pedas meningkat. Faktanya, capsaicin dalam cabai menempel pada reseptor yang merespons panas, sehingga merangsang tubuh untuk mengeluarkan keringat.

Proses berkeringat tersebut kemudian dapat menimbulkan sensasi lebih sejuk, sehingga pada kondisi cuaca terik, dorongan untuk mengonsumsi makanan pedas pun menjadi semakin kuat.

Saat Stres, Pedas Jadi Comfort Food

Seseorang kerap menginginkan makanan tertentu ketika sedang merasa stres. Berbagai penelitian menunjukkan pada hari-hari saat tingkat stres atau ketegangan meningkat, orang cenderung mengalami lebih banyak keinginan makan dan mengonsumsi camilan manis maupun makanan cepat saji dalam jumlah lebih besar.

Dorongan serupa juga bisa terjadi pada makanan pedas, meskipun menurut Diana Guevara, MPH, RD, penelitian yang secara khusus mengaitkan stres dengan keinginan terhadap makanan pedas masih terbatas.

“Sebagian orang memilih comfort food sebagai cara untuk menghadapi stres. Jika makanan pedas adalah sesuatu yang sering Anda nikmati dan memiliki kenangan menyenangkan, maka makanan tersebut bisa termasuk dalam kategori comfort food Anda,” tambah Guevara.

Penelitian lain juga menunjukkan makanan pedas dapat memicu sensasi nyeri ringan yang mendorong pelepasan endorfin dan dopamin, yaitu zat kimia yang berperan dalam sistem penghargaan otak. Inilah alasan mengapa sebagian orang merasakan kesenangan atau rasa bahagia saat mengonsumsi makanan pedas.

Perubahan Hormon Bisa Memengaruhi Nafsu Rasa

Perubahan hormon dalam tubuh seperti saat siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause, dapat memengaruhi selera dan pilihan makanan seseorang.

Sejumlah penelitian menunjukkan naik turunnya hormon terkadang membuat keinginan terhadap cita rasa yang lebih kuat, termasuk pedas, menjadi lebih menonjol, terutama ketika kepekaan indera perasa menurun. Meski demikian, respons tiap individu terhadap perubahan ini berbeda-beda.

Apakah Makanan Pedas Baik untuk Kesehatan?

Makanan pedas kerap mengandung senyawa antiinflamasi dan antioksidan, dan dikaitkan dengan umur panjang dan kebiasaan makan yang lebih lambat, yang dapat membantu mencegah makan berlebihan.

Jika ingin menambah asupan makanan pedas yang padat gizi, Mathur menyarankan pilihan seperti tahu panggang dengan saus sriracha, roti panggang alpukat dengan taburan cabai kering, atau hummus yang dipadukan dengan bawang putih dan serpihan cabai.

Meski begitu, tidak semua keinginan terhadap makanan pedas sebaiknya selalu diikuti. Bagi penderita GERD atau refluks asam, makanan pedas dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, serta berpotensi mengiritasi mulut, bibir, kerongkongan, hingga rektum, jelas Judy D. Simon, MS, RD, CD, ahli gizi klinis di University of Washington Medical Center.

“Makanan pedas dapat memicu peradangan pada indera pengecap dan berisiko menyebabkan gangguan pencernaan, yang pada akhirnya bisa mengganggu kualitas tidur,” tulis Simon kepada Verywell.

Keinginan tiba-tiba untuk makan makanan pedas bisa jadi hal yang wajar dalam kebiasaan makan sehari-hari, tetapi juga dapat dipicu oleh lingkungan sekitar, kondisi cuaca, suasana hati, maupun perubahan hormon.

Menyikapinya dengan sadar, apakah sekadar mood, kebutuhan akan rasa nyaman, atau respons alami tubuh, membantu kamu lebih memahami sinyal tubuh dan menjaga keseimbangan pola hidup secara menyeluruh.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 28 Dec 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 30 Des 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS