Sering Tidur dalam Kondisi Terang? Waspadai Risiko Penyakit Ini
JAKARTA – Kebiasaan tidur dengan lampu menyala atau terlalu lama menatap layar ponsel di malam hari ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dalam jangka panjang.
Peringatan ini disampaikan melalui penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh JAMA Network, yang menelusuri pengaruh paparan cahaya malam terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah manusia.
Dalam studi yang dirilis pada 23 Oktober 2025 tersebut, para peneliti menjelaskan bahwa cahaya buatan di malam hari dapat mengganggu ritme sirkadian, yaitu jam biologis alami tubuh. Ritme ini berfungsi mengatur kapan tubuh harus beraktivitas dan beristirahat. Biasanya, hormon melatonin diproduksi untuk menenangkan tubuh, menurunkan tekanan darah, serta memperlambat detak jantung di malam hari. Namun, paparan cahaya terang dapat mengacaukan proses alami ini dan membuat tubuh kehilangan keseimbangannya.
- Tak Hanya Elon Musk, Inilah Deretan 'Gaji Tak Masuk Akal' Para CEO
- Dari Gagal Jadi Sukses, Kisah UMKM Tekstil Ramah Lingkungan yang Tumbuh Bersama BRI
- Potret Buramnya Isu Gender di Meksiko: Presiden Juga Alami Pelecehan Seksual
“Tubuh mengalami kebingungan seolah-olah masih siang hari,” tulis laporan penelitian tersebut, dikutip antara, Senin, 27 Oktober 2025.
Konsekuensi dari gangguan itu tidak sederhana. Data penelitian menunjukkan peningkatan signifikan pada risiko tiga jenis masalah jantung. Individu yang terpapar cahaya malam secara intens memiliki risiko penyakit arteri koroner meningkat 32 persen.
Potensi mengalami serangan jantung tercatat naik hingga 56 persen. Selain itu, risiko stroke meningkat sekitar 30 persen dibandingkan mereka yang tidur dalam kondisi gelap maksimal. Temuan ini berlaku pada populasi luas, termasuk kelompok dengan kebiasaan tidur yang dianggap cukup.
Baca juga : Terperosok 1,87 Persen, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah ke 8.117,15 Poin
Kelompok Rawan
Pekerja dengan sistem shift, seperti petugas medis, operator pabrik, dan pekerja ritel malam, menjadi kelompok yang paling rentan. Mereka harus tetap terjaga saat tubuh seharusnya beristirahat dan terpapar cahaya selama berjam-jam.
Namun masyarakat umum yang sering menatap layar ponsel, laptop, atau televisi sebelum tidur juga menghadapi ancaman serupa. Cahaya biru dari gawai bahkan dinilai memiliki dampak lebih kuat dalam menekan produksi melatonin.
Para peneliti memastikan bahwa risiko tetap terlihat tinggi meski faktor lain sudah dikontrol, termasuk genetika, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga, dan durasi tidur. Artinya, cahaya itu sendiri merupakan faktor risiko langsung bagi kesehatan jantung.
“Paparan cahaya malam seharusnya dipandang sebagai ancaman kesehatan masyarakat,” tambah laporan studi tersebut.
Fenomena paparan cahaya berlebih pada malam hari semakin mengkhawatirkan dalam era urbanisasi dan penggunaan teknologi digital. Kota-kota besar semakin terang selama 24 jam, sementara kehidupan masyarakat semakin bergantung pada perangkat elektronik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya juga telah mengingatkan bahwa polusi cahaya berpotensi menjadi salah satu isu kesehatan global yang perlu ditangani serius.
Para ahli memberikan rekomendasi sederhana namun penting untuk mitigasi risiko. Pertama, meredupkan lampu di dalam rumah setelah matahari terbenam, terutama di kamar tidur.
Baca juga : BRPT dan SCMA Paling Terpuruk, LQ45 Index Hari Ini Ditutup Melemah ke 824,53 Poin
Kedua, memasang tirai gelap atau blackout curtain untuk memblokir cahaya dari luar. Ketiga, membatasi paparan layar minimal 30 hingga 60 menit sebelum tidur. Penggunaan mode malam atau filter cahaya biru pada perangkat digital dapat menjadi pilihan pendukung.
Langkah kecil tersebut diharapkan menjaga ritme sirkadian bekerja sebagaimana mestinya dan membantu tubuh melakukan pemulihan alami. Mencegah paparan cahaya malam bukan hanya untuk tidur yang lebih nyenyak, melainkan investasi kesehatan jangka panjang, terutama bagi organ vital seperti jantung.
Masyarakat diimbau mulai memperhatikan kebiasaan harian mereka terkait pencahayaan di malam hari. Jika tidak ingin meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular, mematikan lampu sebelum tidur bukan sekadar anjuran, melainkan kebutuhan penting bagi kesehatan tubuh.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 03 Nov 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Nov 2025
