Indonesia
Selasa, 09 Januari 2024 13:50 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Anxiety atau kecemasan adalah suatu respon respon alami tubuh terhadap stres yang muncul sebagai perasaan takut atau khawatir. Anxiety ini muncul karena dipicu oleh berbagai faktor seperti genetika, lingkungan, dan kimia otak.
Melansir Healthline, gejala umum anxiety diantaranya adalah peningkatan detak jantung, pernapasan cepat, kegelisahan, dan kesulitan berkonsentrasi. Meski demikian gejala anxiety dapat bervariasi, mulai dari perut kembung hingga keinginan buang air besar, gatal, serangan panik, batuk, keringat berlebihan, mimpi buruk, dan pikiran yang menyakitkan.
Penting untuk memahami perbedaan antara kecemasan sehari-hari dan gangguan kecemasan, yang dapat sangat memengaruhi hidup jika tidak terkendali atau berlebihan. Gangguan kecemasan mencakup kondisi seperti gangguan panik, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan obsesif-kompulsif (OCD), kecemasan akan perpisahan, kecemasan terhadap penyakit, fobia, gangguan kecemasan umum (GAD), dan gangguan kecemasan sosial.
Untuk mengurangi gejala anxiety, seseorang perlu selalu aktif dalam kesehariannya. Sebuah studi tahun 2021 dengan sampel sekitar 400.000 orang selama 21 tahun menunjukkan mereka yang menjalani gaya hidup aktif secara fisik memiliki risiko terkena gangguan kecemasan yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan populasi umum yang dipasangkan.
Efek positif olahraga terhadap kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kemampuannya untuk mengalihkan perhatian dari sumber kecemasan. Selain itu, menurut American Psychological Association (APA), olahraga teratur dapat meningkatkan konsentrasi yang berpotensi untuk mengurangi beberapa gejala kecemasan.
Selain itu, mengurangi konsumsi alkohol juga menjadi salah satu cara untuk mengurangi anxiety. Penelitian tahun 2019 dan 2016 memverifikasi korelasi antara kecemasan dan konsumsi alkohol, dengan gangguan kecemasan seringkali terjadi bersamaan dengan gangguan penggunaan alkohol.
Minum alkohol secara berlebihan mengacaukan keseimbangan neurotransmitter di otak yang berdampak positif pada kesehatan mental, dan mungkin menyebabkan gejala kecemasan.
Meskipun kecemasan bisa meningkat sementara pada tahap awal kesadaran, penelitian 2022 selama 36 tahun menunjukkan alkohol merusak fungsi tidur alami, yang berkontribusi pada masalah tidur jangka panjang dan meningkatkan risiko kecemasan. Menyisihkan waktu untuk tidur yang baik menjadi kunci dalam mengatasi kecemasan.
Cara selanjutnya adalah dengan berhenti merokok karena kebiasaan ini, mirip dengan minum alkohol, memberikan solusi sementara pada saat stres yang dapat memperburuk kecemasan seiring waktu.
Penelitian 2020 menegaskan hubungan yang kuat antara kecemasan dan merokok, dengan temuan yang konsisten menunjukkan kemungkinan perokok mengalami kecemasan yang lebih tinggi.
Penelitian tahun 2023 juga menunjukkan menghentikan merokok secara signifikan meningkatkan tingkat kecemasan. Studi yang sama pada 2020 mencatat nikotin dan zat kimia rokok lainnya mempengaruhi jalur otak yang terkait dengan gangguan kecemasan dan panik.
Untuk berhenti, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan mencari pengganti rokok yang aman, seperti tusuk gigi, dan mengadopsi kebiasaan serta sistem pendukung untuk menciptakan lingkungan tanpa rokok.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Bintang Surya Laksana pada 06 Jan 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 09 Jan 2024
Bagikan
finansial
2 bulan yang lalu